Selasa, 04 Juli 2017

Hama dan Penyakit Pada Tanaman Selada


Hama dan Penyakit Pada Tanaman Selada

Hama dan penyakit memang tidak bisa dihindari karena sering menyerang tumbuhan dan dapat mengganggu pertumbuhan  dan perkembangan bahkan sampai hasilnya. Karena itu para petani harus mengenali penyebab gagal panen tersebut. Seperti petani tanaman selada yang merupakan salah satu sayuran musiman. Dengan mengetahui hama dan penyakit tersebut para petani bisa membuat keputusan dalam pengendalian apa yang harus mereka tidaklanjuti demi menyelamatkan tanaman salada tersebut. Sebaiknya dalam pemeliharaan tanaman selada ini dilakukan mulai dari ketika awal penanaman sampai pasca panen. Hal ini dilakukan karena kekhawatiran hama dan penyakit masih menyerang tanaman selada walaupun sudah dalam kondisi panen.
Berikut ini beberapa hama maupun penyakit yang menyerang pada tanaman selada menurut Hisam (2016) :
a.       Hama pada Tanaman Selada
1.      Jangel ( Bradybaena similaris ferussac )
Hama ini berbentuk seperti siput yang berukuran sekitar 2 cm ini bersembunyi pada pangkal daun bagian dalam dan menyerang daun pada berbagai umur.
2.      Tangek ( Parmalion pupilaris humb )
Hama ini memiliki bentuk mirip dengan jangle Gejala serangannya membuat daun menjadi berlubang-lubang. Umumnya hama ini menyerang tanaman selada ketika musim kemarau tiba dibandingkan musim hujan.
3.      Kutu Daun
Jenis hama yang paling banyak menyerang tanaman selada adalah kutu daun (Fauzi, 2016). Pengendalian hama penting yang menyerang tanaman selada antara lain kutu daun (Myzus persicae).  Gejala serangan yang ditimbulkan oleh salah satu pengganggu ini seperti daun menjadi mengerut, lalu mengering akibat kurang cairan. Bahayanya apabila tanaman yang masih berusia muda di serang maka akan mengganggu pertumbuhannya, tumbuh kerdil atau tidak sempurna.  Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung pada hama dan penyakit yang menyerang. Apabila diperlukan pestisida, gunakan pestisida yang aman sesuai kebutuhan dengan memperhatikan ketepatan pemilihan jenis, dosis, volume semprot waktu, interval aplikasi dan cara aplikasi. Untuk mengendalikan pada hama ini ialah dengan menggunakan insektisida Diazinon, Orthene 75 Sp atau Bayrusil tetapi sesuai dengan dosis yang tertera (Harahap, 2015)
4.      Thrips
Hama ini yang merupakan meresahkan bagi para petani karena dapat menyebabkan daun pada selada menjadi kuning lalu kering dan ujungnya tanaman selada pun akan mati. Dan apabila tanaman selada sudah terserang hama ini maka dapat dikendalikan dengan Bayrusil, Tamarot 200 EC atau Tokunthion 500 EC dengan dosis 2ml / Liter air.
5.      Ulat Grayak
Ulat grayak memakan daun tanaman hingga daun berlobanglobang kemudian robek-robek atau terpotong-potong (Cahyono, 2006). Pengurangan penggunaan pestisida di areal pertanian menuntut tersedianya cara pengendalian lain yang aman
dan ramah lingkungan, di antaranya dengan memanfaatkan musuh alami dan penggunaan pestisida nabati. (Sukrasno, 2003). Salah satu tumbuhan penghasil pestisida alami adalah tanaman nimba. Pestisida asal Nimba mempunyai tingkat efektivitas yang tinggi dan berdampak spesifik terhadap organisme pengganggu.
Bahan aktif nimba juga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan. Tanaman nimba sangat potensial sebagai pestisida biologi dalam program Pengendalian Hama Terpadu (PHT), untuk mengurangi dan meminimalkan penggunaan pestisida
sintetis (Rahmat dan Yuyun, 2006) (Samsudin, 2008).
b.    Penyakit pada Tanaman Selada
1.      Busuk Lunak ( Soft Rot )
Bakteri Erwinia carotovora merupakan penyebab terjadinya penyakit busuk lunak pada tanaman selada. Gejala di mulai dari tepi daun, lalu warna daun menjadi berubah menjadi cokelat dan akhirnya layu. Selain menyerang tanaman yang masih ditanam, ternyata bakteri ini juga dapat menyerang tanaman yang sudah siap untuk di kirim ke pasar.
2.      Busuk Batang
Tanaman selada terserang ditandai dengan batang menjadi lunak dan mengandung lendir yang diakibatkan oleh Cendawan Rhizoctonia solani. Lalu akan menjadi busuk akar apabila cendawan ini menyerang tanaman dalam persemaian, terutama jika ketika lahannya dalam kondisi lembab. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lahan dan mengurangi kelembabannya (Nazaruddin,2003). Jika kondisi ini sudah parah maka dapat menggunakan fungisida dengan cara disemprotkan, dengan menggunakan maneb atau dithane M 45 dan dosisnya sekitar 2 g/liter.
3.      Busuk Pangkal Daun
Busuk pangakal daun ini disebabkan Felicularia filamentosa, yang menyerang pangkal daun ketika musim panen tiba. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan penyemprotan pestisida alami atau kimia. Jika menggunakan pestisida kimia maka harus memperhatikan lingkungan kebun, dan menjaga kebersihannya seperti menjaga irigasinya maupun dengan melakukan rotasi tanaman demi memutus perkembangbiakan Felicularia filamentosa tersebut.
4.      Busuk Hitam (Bottom Rot)
Menurut Pracaya (2002), menyebut penyakit busuk rhizoctonia sebagai busuk hitam mumi. Menurutnya penyakit yang menyerang di persemaian akan menyebabkan semai roboh (damping off). Tanaman dewasa yang terserang akan terlihat adanya bercak sedikit cekung dan berwarna karat pada tangkai dan tulang daun. Adapun pada daunnya ada busuk coklat berlendir. Serangan yang hebat dapat menyebabkan tanaman mati, berwarna hitam, dan mengering sehingga seperti mummi. Penyakit ini akan berkembang dengan cepat bila kelembapan tinggi dan suhu udara panas. Busuk rhizoctonia, yang sering sering disebut sebagai bottom rot, sering terdapat di daerah tropika.  Selain di Indonesia  penyakit dilaporkan terdapat di Malaysia, Thailand, dan Filiphina, terutama pada selada yang daunnya membentuk “kepala” (Giatgong, 1980; Knott dan Deanon, 1967; Sing, 1980 dalam semangun,1991). Pada waktu pagi miselium jamur yang beada di permukaan tanah tampak seperti rumah laba-laba yang mempunyai banyak tetes embun yang bergantungan. Daur  penyakit R. solani berkembang dalam tanah jika di sini terdapat banyak bahan organic, dan populasinya akan makin tinggi jika dari tahun ketahun lahan itu ditanam tanaman yang rentan. Jamur menular ke daun jika daun bersinggungan dengan tanah yang terinfestasi , atau jika daun terpercik air hujan yang membawa tanah berjamur.
Diusahakan agar pertanaman tidak mempunyai kelembapan yang terlalu tinggi. Tetapi dalam musim hujan anjuran ini sukar dilaksanakan, mengadakan pergiliran tanaman (rotasi). Tidak menanam selada terus-menerusdi lahan yang sama, di Filipina selada yang masih kecil disiram dengan Terrachlor (pentachloronitrobenzene, PCNB) yang dilakukan 2 kali dengan selang waktu 10-20 hari (Knott dan Deanon,1967 dalam semangun 1991)












DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2006. Teknik Budi Daya Dan Analisis Usaha Tani Selada. Aneka Ilmu. Semarang
Fauzi, Liza. 2016. Tanam Selada di Pekarangan. http://bp4k.blitarkab.go.id/wpcontent/uploads/2016/09/. Diakses Pada tanggal 4 Desember 2016 Pukul 21.37 WIB
Harahap, Desi Mania. 2015. Pola Tanam Sequential Planting Tanaman Selada (Lactuca Sativa L.) dan Brokoli (Brassica olerecea Cv. Brocolli) Untuk Meningkatkan Keuntungan di P4S Makin Makmur. Laporan Tugas Akhir. Program Studi Agribisnis Pertanian. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati.
Hisam. 2016. Hama Dan Penyakit Menyerang Tanaman Selada dan Cara Pengendaliannya. http://www.ruangtani.com/hama-dan-penyakit-tanaman-selada/. Diakses pada tanggal 4 Desember 2016 Pukul 21.20 WIB
Nazaruddin. 2003. Budidaya dan Pengaturan Sayuran Panen Dataran Rendah. Penebar                 Swadaya. Jakarta
Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik. Penebar Swadaya. Jakarta
Samsudin, 2008. Virus Patogen Serangga: Bio – Insektisida Ramah Lingkungan, http://www.pertaniansehat.or.id. Diakses Pada 4 Desember 2016 Pukul 21.49 WIB
Semangun, Haryono. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Sukrasno, 2003. Mimba Tanaman Obat Multi Fungsi. Agromedia Pustaka. Jakarta

2 komentar:

Cara Gua mengatakan...

terimakasih banget mbak sangat membantu :)

Prisma Nurul Ilmiyati mengatakan...

Sama-sama😊