Dunia
internasional terutama negara-negara berkembang sejak beberapa dasa warsa ini
menerapkan program Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) untuk meningkatkan produksi
dan kualitas hasil pertanian. Penanda-tanganan kerjasama penelitian antara
Clemson University dan Universitas Sam Ratulangi yang telah dilakukan oleh
Rektor unsrat dan Vice President Clemson University pada 6 Oktober 2005 di
Kampus Clemson, Carolina Selatan, Amerika Serikat adalah suatu bentuk
penelitian program Pengendalian Hama Terpadu khususnya sayuran di Sulawesi
Utara. Kegiatan ini merupakan bagian dari suatu program besar yang melibatkan
beberapa negara di Asia Tenggara dan dibiayai oleh USAID (Program Bantuan
Pengembangan Internasional Amerika Serikat). Hal ini menunjukkan bahwa PHT
merupakan program yang penting dan perlu dikembangluaskan juga di negara-negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia yang merupakan negara agraris.
Mengapa PHT?
Sejak ditemukannya jenis-jenis pestisida organofosfat dan karbamat di awal
tahun 1940-an maka banyak ahli yang mengira bahwa masalah hama dan organisme
pengganggu tanaman (OPT) telah terselesaikan dengan melakukan penyemprotan
pestisida. Pada awalnya memang cara ini memberikan hasil yang sangat memuaskan,
namun akhirnya ditemukan bahwa hama-hama tanaman lama kelamaan mulai
mengembangkan ketahanan terhadap pestisida. Penyemprotan dengan pestisida
secara berulang-ulang dan dalam dosis yang semakin tinggi telah memberikan
dampak negatif karena selain hama menjadi tahan terhadap pestisida juga terjadi
perkembangan hama baru, terbunuhnya musuh-musuh alami dan organisme non target
lainnya seperti burung, ular dan hewan-hewan langka. Selain itu penyemprotan
telah mengakibatkan adanya residu pestisida pada hasil-hasil tanaman, air,
tanah dan udara serta pencemaran lingkungan secara umum yang berdampak negatif
terhadap kesehatan manusia dan hewan-hewan domestik.
Pada saat itu para ahli menyadari bahwa pengendalian hama dengan penyemprotan
pestisida bukanlah satu-satunya cara yang tepat tetapi harus dilihat secara komprehensif
dengan memperhatikan nilai-nilai ekologis, ekonomi dan kesehatan lingkungan
secara umum melalui program yang kini dikenal dengan Pengelolaan Hama Terpadu
(PHT) atau Integrated Pest Management (IPM). Program PHT telah dimulai di
Indonesia sejak tahun 1986 untuk tanaman padi yang diawali dengan
dikeluarkannya larangan oleh pemerintah Indonesia terhadap 56 jenis insektisida
untuk digunakan menyemprot hama-hama tanaman padi. Namun sampai saat ini
program PHT belum dikembangkan secara luas untuk tanaman pertanian di Sulawesi
Utara.
Bagaimana Pengelolaan Hama Terpadu?
Pengelolaan Hama Terpadu merupakan program pengelolaan pertanian secara terpadu
dengan memanfaatkan berbagai teknik pengendalian yang layak (kultural, mekanik,
fisik dan hayati) dengan tetap memperhatikan aspek-aspek ekologi, ekonomi dan
budaya untuk menciptakan suatu sistem pertanian yang berkelanjutan dengan
menekan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh pestisida dan kerusakan
lingkungan secara umum. Penyemprotan pestisida harus dilakukan secara sangat
berhati-hati dan sangat selektif bilamana tidak ada lagi cara lain untuk
menekan populasi hama di lapang.
PHT pada dasarnya adalah penerapan sisten bercocok tanam untuk menghasilkan
tanaman yang sehat, kuat, berproduksi tinggi dan berkualitas tinggi.
PHT dan "Crash Program" Jagung
Program Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk mengembangkan tanaman jagung
puluhan ribu ha merupakan suatu terobosan yang perlu diperhitungkan dengan
teliti. Pelaksaan program ini harus diserahkan kepada para ahli
pertanian/institusi terkait yang "tidak berdasi" yaitu yang
berkompeten dalam memahami kondisi lapangan, tanaman yang diusahakan serta
dapat berkomunikasi dan memahami petani secara baik.
Tanaman jagung peka terhadap serangan hama dan penyakit. Jenis-jenis hama yang
sering menyerang jagung adalah tikus, ular, serangga hama seperti di antaranya
ulat tentara, belalang kembara, penggerek batang dan ulat buah sedangkan
jenis-jenis penyakit di antaranya yang penting adalah bulai. Pengalaman di masa
lalu bahwa jagung di Sulawesi Utara pernah terserang ulat tentara dan belalang
kembara. Pada tahun 2000 penulis menyaksikan serangan belalang kembara pada
tanaman jagung di Gorontalo dan beberapa lokasi pertanaman jagung di Kabupaten
Minahasa. Di Gorontalo, puluhan bahkan ratusan juta belalang kembara dalam
waktu yang sangat singkat turun dari udara dan menyerang serta memakan dan
menghancurkan tanaman jagung milik petani. Bersamaan dengan itu pula belalang
yang sama menyerang perkebunan tebu. Di Kecamatan Belang, serangan belalang
kembara pada tanaman jagung dapat diatasi dengan cepat melalui pestisida di
lokasi serangan karena adanya pemantauan dini dari Tim Fakultas Pertanian
Unsrat.
Pengembangan areal tanaman jagung dalam jumlah yang besar di Sulawesi Utara
perlu ditangani secara profesional oleh para ahli yang berkompeten dengan
mengimplementasikan program PHT jagung yang telah terbukti berhasil diterapkan
di negara-negara maju. Pengembangan jagung secara besar-besaran akan
menciptakan benutk pertanian monokultur. Secara teoretis tanaman monokultur
menciptakan ekossitem pertanian yang kurang stabil dan peka terhadap serangan
hama atau penyakit.
Melalui program PHT, para pelaku program akan pertama-tama akan menentukan
lokasi-lokasi yang cocok untuk pertanaman jagung, musim yang tepat untuk
menanam, bibit unggul, pengolahan lahan yang baik, pemupukan yang tepat dan
pemeliharaan tanaman. Di samping itu dilakukan pemantauan terhadap perkembangan
organisme pengganggu tanaman dalam upaya mencegah terjadinya serangan hama.
Penerapan program PHT pada tanaman jagung di Sulawesi Utara akan mampu
meningkatkan produksi dan kualitas hasil jagung yaitu bebas dari residu
pestisida dan sekaligus menciptakan suatu sistem pertanian yang berkelanjutan
tanpa mengganggu pelestarian lingkungan. Namun tidak boleh dilupakan bahwa
tujuan akhir dari PHT adalah untuk mensejahterahkan masyarakat tani. Dengan
demikian maka pemerintah juga harus memberikan jaminan harga (nilai ekonomi)
yang memadai untuk meningkatkan kesejahteraan petani jagung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar