PEMBERIAN
MACAM NUTRISI SISTEM HIDROPONIK EBB AND FLOW (PASANG SURUT) UNTUK TANAMAN BABY
KAILAN (Brassica oleraceae) DENGAN
MEDIA TANAM COCOPEAT (SERBUK SERABUT KELAPA)
Oleh
:
Abi
Daulah Haque (A1L014189)
Prisma
Nurul Ilmiyati (A1L014193)
Rike
Nur Septianty (A1L014199)
Wahyu
W. Fahrizal (A1L014207)
Rahmat
Rusdiyanto (A1L014209)
KEMENTERIAN
RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan nikmat yang
telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Pemberian Macam Nutrisi Sistem Hidroponik Ebb
And Flow (Pasang Surut) Untuk Tanaman Baby Kailan (Brassica Oleraceae) Dengan Media Tanam Cocopeat (Serbuk Serabut
Kelapa) ini. Terselesainya makalah ini tidak lepas dari
dukungan beberapa pihak yang telah memberikan kepada penulis berupa motivasi,
baik materi maupun moril. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengucapkan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai
kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
1. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Teknik
budidaya tanaman secara hidroponik telah banyak digunakan oleh petani di
Indonesia khususnya untuk membudidayakan tanaman sayur. Tanaman yang
dibudidayakan secara hidroponik adalah jenis tanaman dengan nilai ekonomis yang
tinggi, salah satunya adalah baby kailan. Baby kailan adalah tanaman
hortikultura dengan nilai ekonomis yang tinggi dan juga banyak mengandung
vitamin dan mineral yang baik bagi kesehatan sehingga sangat cocok jika
dibudidayakan secara hidroponik. Salah satu teknik hidroponik yang digunakan
oleh petani di Indonesia yaitu sistem hidroponik pasang surut. Di Indonesia
budidaya tanaman dengan sistem hidroponik pasang surut masih kurang diminati oleh
petani. Hal ini dikarenakan biaya pembuatan dari kerangka sistem hidroponik
pasang surut yang cukup mahal dan juga desain dari sistem hiroponik yang kurang
sesuai sehingga kuantitas tanamnya masih rendah. Makalah ini membahas cara
membuat sistem hidroponik pasang surut yang mampu memproduksi tanaman dengan
jumlah yang banyak dengan baik namun dengan biaya pembuatan yang lebih
terjangkau.
2. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian sistem hidroponik pasang surut.
2.
Mengetahui cara membuat sistem hidroponik pasang
surut media cocopeat dengan berbagai macam nutrisi.
3.
Mengetahui manfaat sistem hidroponik pasang surut
dalam meningkatkan produksi tanaman.
4. PEMBAHASAN
1.
Tanaman Baby Kailan
Sayuran adalah
makanan yang banyak mengandung manfaat dan diperlukan oleh hampir setiap orang.
Sayuran dapat berupa tanaman atau bagian tanaman yang dapat dikonsumsikan segar
maupun matang sebagai bagian dari susunan menu makanan. Jenis sayuran sangat
beragam ada yang berupa umbi, buah, bunga, atau daun. Sayuran daun merupakan
jenis yang paling banyak dikonsumsi salah satunya tanaman kailan. Sayuran daun
merupakan jenis yang paling banyak dikonsumsi, salah satunya tanaman kailan.
Kailan merupakan sayuran dari famili cruciferae
yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Tanaman ini memiliki nilai ekonomi
tinggi, namun belum dikenal oleh masyarakat luas dan belum dijual dibanyak
pasar tradisional sehingga memiliki prospek yang cukup bagus untuk
dibudidayakan. Salah satu cara menghasilkan produk sayuran yang memiliki
kualitas tinggi dan baik secara kontinyu adalah melakukan budidaya dengan
sistem hidroponik.
Kailan (Brassica oleraceae) masuk di Indonesia
pada abad ke-17. Kailan merupakan sayuran dari famili cruciferae yang bermanfaat bagi kesehatan manusia (Annisava, 2013).
Kailan (Brassica oleraceae) merupakan
salah satu jenis sayuran family kubis-kubisan (Brassicaceae) yang diduga
berasal dari negeri Cina dan dipanen ketika tanaman masih muda. Kailan
merupakan jenis tanaman sayuran daun, dalam dunia tumbuh – tumbuhan, menurut
Steenis (1975 dalam Iskandar, 2016), tanaman kailan diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom
: Plantae
Sub-kingdom
: Spermatophyta
Divisi : Sphermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi
: Angiospermae (biji berada di dalam buah)
Kelas
: Dicotyledonae (biji berkeping dua
atau biji belah)
Famili
(suku) : Brassicaceae/Cruciferae
Genus
(marga) : Brassica
Spesies
(jenis) : Brassica oleraceae Var.
acephala
Bentuk tanaman
kailan sepintas mirip caisim atau kembang kol yang panjang melebar berwarna
hijau tua, sedangkan batangnya mirip dengan kembang kol. Kailan juga dikenal
dengan daun roset yang tersusun spiral kearah puncak cabang tak berbatang.
Sebagian besar sayuran kailan memiliki ukuran daun yang lebih besar dengan
permukaan serta sembir daun yang rata. Pada kailan tipe tertentu, daun yang
tersusun secara sepiral ini selalu bertumpang tindih sehingga agak mirip kepala
longgar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997 dalam Iskandar, 2016). Tanaman kailan
memiliki tinggi sekitar 40-50 cm, daun berbentuk bulat panjang dengan ujung
meruncing dan tulang – tulang daun menyirip, warna daun hijau tua, permukaan
daun halus dan tidak berbulu. Batangnya tegak berbentuk bulat pendek, letaknya
dibagian bawah yang terpendam di dalam tanah, batang tanaman kailan merupakan
batang sejati, bersifat tidak keras, kokoh, berbuku-buku (beruas-ruas),
berdiameter antara 3-4 cm. Tanaman kailan memiliki akar tunggang serabut, akar
tunggang tumbuh lurus menembus tanah sampai kedalaman sekitar 40 cm sedangkan
akar serabut umumnya tumbuh menyebar ke samping dan menembus tanah dangkal pada
kedalaman sekitar 25 cm. Bunga kailan berwarna putih, tumbuh dari pucuk-pucuk
tanaman (Samadi, 2013).
Kailan merupakan
tanaman yang pada umumnya dapat tumbuh pada segala jenis tanah, walaupun tidak
semuanya memberikan hasil baik. Tanaman kailan lebih cocok ditanam di dataran
tinggi, walaupun ada beberapa varietas yang dapat ditanam dan tumbuh baik di
dataran medium (sekitar 300 mdpl). Daerah yang cocok untuk tanaman kailan
adalah dataran medium hingga dataran tinggi atau daerah pegunungan dengan
ketinggian 300-1.900 mdpl, ketinggian tempat yang ideal berkisar antara 700 –
1.300 mdpl (Setiawan, 1994 dalam Iskandar, 2016). Suhu rata-rata harian yang
sesuai untuk pertumbuhan yaitu 15oC-25oC, sedangkan kelembapan
udara yang sesuai 60%-90%/ Daerah yang memiliki rerata curah hujan 1.000-1.900
mm per tahun sangat sesuai untuk membudidayakan kailan, karena curah hujan yang
tinggi dapat menyebabkan genangan air yang berlebihan yang tidak menguntungkan
kehidupan dan pertumbuhan tanaman kailan. Baby kailan ditanam seperti kailan
biasa, tetapi bedeng penanaman dinaungi plastik. Batang dan tangkai daun tumbuh
panjang dan lunak, tetapi panjang keseluruhan tanaman ketika dipanen hanya
10-15 cm.
Kailan merupakan
salah satu sayuran yang mempunyai banyak manfaat, diantaranya merupakan sumber
vitamin K yang sangat baik untuk membantu proses pembekuan darah. Konsumsi 100
g kailan dapat memenuhi 141 persen kebutuhan tubuh akan vitamin K setiap hari.
Kailan kaya berbagai vitamin, termasuk vitamin A yang baik untuk kesehatan
mata, dan mineral khususnya kalsium dan zat besi. Sayur berwarna hijau ini juga
mengandung isotiosianat, senyawa penangkal kanker (Okefood, 2009).
2.
Pengertian Hidroponik Pasang Surut (Ebb and
Flow)
Hidroponik
merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan media
inert seperti pasir, peat, dan serbuk
gergaji dengan memberikan larutan hara yang mengandung semua unsur esensial
yang dibutuhkan oleh tanaman (Susila, 2013). Teknik budidaya tanaman secara
hidroponik telah banyak digunakan oleh petani di Indonesia khususnya untuk
membudidayakan tanaman sayur. Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik adalah
jenis tanaman dengan nilai ekonomis yang tinggi, salah satunya adalah baby kailan.
Baby kailan adalah tanaman hortikultura dengan nilai ekonomis yang tinggi dan
juga banyak mengandung vitamin dan mineral yang baik bagi kesehatan sehingga sangat
cocok jika dibudidayakan secara hidroponik (Samadi, 2013 dalam Ramadhan dkk,
2015).
Menurut Wijayani
dan Widodo (2005) dalam Iskandar (2016), bahwa dengan sistem hidroponik dapat
diatur kondisi lingkungan seperti suhu, kelembapan relatif, dan intensitas
cahaya, bahkan faktor curah hujan dapat dihilangkan sama sekali dan serangan
hama penyakit dapat diperkecil. Teknologi hidroponik memiliki beberapa
keuntungan yaitu kepadatan tanaman persatuan luas dapat dilipat gandakan, mutu
produk (bentuk, ukuran, warna, dan kebersihan) dapat terjamin karena kebutuhan
nutrisi tanaman dipasok secara terkendali dirumah kaca, dan tidak tergantung
musim dan waktu panen dapat diatur sesuai kebutuhan pasar.
Sistem
hidroponik berdasarkan medianya dikelompokkan menjadi: (1) Kultur agregat
seperti hidroponik substrat sistem tetes (Drip),
pengucuran dari atas (Top Feeding),
pasang surut (Ebb and Flow), sistem
statis dan modifikasi hidroponik substrat lainnya, (2) Kultur air seperti NFT (Nutrient Film Technique), dan DFT (Deep Flow Technique), dan (3) Kultur
udara seperti aeroponik. Sistem hidroponik Ebb and Flow merupakan salah satu
metode yang populer dari hidroponik, serta dianggap cocok untuk diterapkan pada
tanaman kailan yang tidak membutuhkan terlalu banyak air dalam pertumbuhannya.
Budidaya tanaman
secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan seperti : (1) tidak membutuhkan
lahan yang besar dan perawatan lebih praktis sehingga membutuhkan sedikit tenaga
kerja, (2) pemakaian pupuk lebih efisien, (3) tanaman tumbuh lebih pesat dan
kebersihan terjamin, (4) penanaman dapat dilakukan terus menerus tanpa
tergantung musim, (5) dapat dilakukan penjadwalan pemanenan sehingga dapat
memproduksi tanaman secara kontinyu, serta (6) harga jual sayuran hidroponik
lebih mahal (Lingga, 2005 dalam Ramadhan, 2015).
Salah satu teknik
hidroponik yang digunakan oleh petani di Indonesia yaitu sistem hidroponik pasang
surut. Sistem pasang surut (Ebb and Flow) merupakan salah satu teknik sistem hidroponik
pasif dengan menggunakan agregat (Karsono, 2013). Agregat yang digunakan dapat berupa
rockwool, arang sekam, cocopeat dan lainnya. Agregat jenis cocopeat dinilai cocok untuk digunakan
sebagai media tanam pada sistem hidroponik pasang surut karena kapasitas simpan
airnya yang tinggi (Hasirani dkk, 2014). Selain itu cocopeat juga memiliki pH yang netral (Awang, 2009). dan memilliki
unsur makro yang dibutuhkan oleh tanaman seperti N, P, K, Mg, Ca (Asiah, 2009).
Sistem pasang surut bekerja dengan pompa yang secara berkala mengalirkan larutan
nutrisi ke bak tanam hingga merendam akar dan dialirkan kembali ke reservoir
dengan interval waktu tertentu (Mugundhan dkk, 2011).
Hidroponik Ebb
and Flow (pasang surut) merupakan salah satu teknik hidroponik yang banyak
digunakan. Sistem ini bekerja dengan memenuhi media pertumbuhan dengan larutan
nutrisi yang tidak terserap kembali ke bak penampungan (Karsono, 2013). Sistem
Hidroponik Ebb and Flow ini termasuk sistem yang efisien dalam penggunaan
larutan nutrisi (Delya, dkk, 2014). Prinsip kerja Hidroponik Ebb and Flow
menyediakan larutan nutrisi dengan pola pasang surut. Prinsip kerja dengan pola
pasang surut memberikan keuntungan ketika air menggenang dan membasahi media,
gas-gas sisa metabolisme yang dikeluarkan oleh akar terpompa keluar.
Sebaliknya, ketika air meninggalkan media, udara baru dari luar yang banyak
mengandung oksigen akan tersedot kedalam media tanam sehingga menjadikan
tanaman tumbuh subur dan sehat. Dalam sistem hidroponik pemberian larutan hara
sangat penting karena dalam medianya tidak terkandung unsur hara, oleh karena
itu unsur hara mutlak diperlukan secara tepat dan efisien (Prihmantoro dan Indriani,
2003 dalam Iskandar, 2016).
Sistem
hidroponik ebb and flow memiliki kelebihan serta kekurangan. Kelebihan sistem
hidroponik ebb and flow antara lain tanaman mendapatkan suplai air yang cukup,
tanaman mendapatkan suplai oksigen dan nutrisi secara terus-menerus, pertukaran
oksigen lebih baik karena terbawa air pasang surut, dan mempermudah dalam
perawatan tanaman. Kekurangan sistem hidroponik ebb and flow yaitu nilai pH
akan berfluktuasi dari waktu kewaktu, apabila dibiarkan akan menyebabkan
terganggunya penyerapan unsur hara oleh tanaman. Sehingga perlu adanya
pengontrolan pH secara rutin agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya jenis media tumbuh yang tidak tepat
akan mengakibatkan akar mengering dengan cepat ketika siklus air terganggu.
Masalah tersebut bisa dikurangi dengan menggunakan media tumbuh yang mampu
mempertahankan banyak air seperti rockwall, akar pakis, ataupun sabut kelapa
(Karsono dkk, 2002 dalam Iskandar, 2016).
Gambar 1. Prinsip Kerja Hidroponik Ebb and Flow
Dalam sistem
hidroponik ebb and flow, tempat penggenangan akan dialiri nutrisi berturut –
turut dengan larutan nutrisi yang sama. Setelah rangkaian tempat penggenangan
ternutrisi atau paling tidak satu kali dalam seminggu, larutan nutrisi harus
dikontrol pH dan kepekatan. Umumnya larutan nutrisi tidak berubah. Setelah
masuk ke dalam pot melalui kapilaritas, sebagian kecil dari larutan nutrisi
kembali ke tempat penggenangan. Perubahan tersebut biasanya tidak terjadi,
kehilangan pada volume larutan nutrisi saat kembali ke tempat nutrisi umumnya
terjadi karena penambahan larutan nutrisi yang baru sesuai dengan proporsi
sistem. Beberapa evaporasi dari air dapat terjadi dari larutan nutrisi ketika
berada di tempat penggenangan. Hal ini akan menaikkan kepekatan larutan
nutrisi. Ketika hal ini terjadi, air dapat ditambahkan untuk menurunkan kepekatan
larutan (Nelson, 1998 dalam Purbarani, 2011).
Kandungan unsur
hara yang terdapat dalam pupuk yang beredar biasanya dicantumkan dalam bentuk
persen unsur atau senyawa, setiap jenis pupuk berbeda dalam hal jenis dan
banyaknya unsur hara yang dikandungnya. Pada sistem pertanaman hidroponik
dengan Ebb and Flow (pasang surut) unsur hara didapatkan dari penggenangan
nutrisi yang diberikan pada tanaman, sehingga dalam hal ini dosis serta larutan
nutrisi yang digunakan menjadi penentu untuk mendapatkan kualitas sayuran yang
baik. Dosis dan larutan nutrisi yang sesuai dalam budidaya tanaman kailan
secara hidroponik akan memacu pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik serta
dapat memberikan hasil dan produksi tanaman kailan yang maksimal. Oleh karena
itu perlu melakukan percobaan lebih lanjut tentang respon pertumbuhan dan
produksi yang dihasilkan pada berbagai jenis larutan nutrisi yang digunakan
dengan dosis yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang terbaik. (Iskandar,
2016).
3.
Pentingnya Nutrisi Hidroponik
Kebutuhan unsur
hara pada tanaman ada kaitannya dengan jenis atau macam unsur hara. Hal ini
sejalan dengan adanya perbedaan karakter dari masing-masing tanaman menyangkut
kebutuhannya akan unsur hara tertentu serta perbedaan karakter dan fungsi dari
unsur hara tersebut. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda sesuai dengan
fase-fase pertumbuhan tanaman tersebut, dimana kebutuhan unsur hara saat awal
pertumbuhan (fase vegetatif) berbeda dengan saat tumbuhan mencapai fase
generatif. Jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman berbeda sesuai dengan
jenis tanaman dan jenis unsur haranya, contohnya pada jenis tanaman sayuran
akan membutuhkan jumlah dan jenis unsur hara yang berbeda dengan tanaman
palawija. Jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat diketahui dari umur
tanaman. Menurut (Tisdale et al, 1985 dalam Suwandi, 2009) menyatakan konsumsi
hara oleh tanaman berbeda-beda bergantung pada umur fisiologis tanaman
tersebut.
Setiap tanaman
untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik membutuhkan unsur hara yang
selalu tersedia selama siklus hidupnya mulai saat penanaman hingga pemanenan.
Faktor pemberian konsentrasi pupuk yang tepat akan mempengaruhi hasil suatu
tanaman. Upaya dalam ketersediaan hara selain pemberian konsentrasi pupuk,
dapat juga melalui frekuensi pemberian pupuk, cara pemberian dan bentuk pupuk
yang digunakan secara tepat (Bastari dalam Wijaya, 2010).
Sistem budidaya
hidroponik memiliki perbedaan dengan sistem budidaya konvensional, perbedaan
paling menonjol antara keduanya yaitu terletak pada penyediaan nutrisi tanaman.
Pada sistem budidaya konvensional penyediaan nutrisi sangat bergantung pada
kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan
lengkap. Menurut (Tim Karya Tani Mandiri, 2009) pada budidaya hidroponik, semua
kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap
oleh tanaman. Nutrisi diberikan dalam bentuk larutan yang bahannya berasal dari
bahan organik maupun anorganik. Beberapa nutrisi atau pupuk yang digunakan
dalam sistem hidroponik pada umumnya meliputi growmore, hyponex, vitabloom,
vitagrow, gandapan, gandasil, baypolan, dan lain-lain. Untuk sistem hidroponik
khususnya pada tanaman sayuran nutrisi atau pupuk yang umum digunakan adalah
nutrisi atau pupuk yang mengandung unsur nitrogen tinggi atau dominan, hal ini
dikarenakan pada tanaman sayuran hal yang diutamakan adalah pertumbuhan
vegetatifnya. Nutrisi yang diperlukan merupakan sumber energi dan sumber materi
untuk sintesis berbagai komponen sel. Nutrisi biasa diambil tanaman dalam
bentuk ion dari tanah dan beberapa dari udara. Pupuk hidroponik mengandung
semua unsur makro dan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman (NO3-, H2PO4+, SO4-,
NH4+, K+, Ca+, Mg+, Fe, Mn, Zn, B, Cu, dan Mo).
4.
Pembuatan sistem Hidroponik Ebb and Flow media
cocopeat dengan berbagai macam nutrisi.
Bahan yang
digunakan meliputi benih tanaman kailan, media cocopeat sebagai media tumbuh,
air, larutan nutrisi 1 (Gandapan) yang terdiri dari unsur N 31%; P2O5 11%; K2O
10%; MgO 3,16%; Mn; Bo; Fe; Cu; Co; Zn; Mo; vitamin, larutan nutrisi 2
(Growmore) yang terdiri dari N total 32%; P2O5 10%; K2O 10%; Ca 0,05%; Mg 0,1%;
S 0,2%; Bo 0,02%; Cu 0,05%; Fe 0,1%; Mn 0,05%; Mo 0,005%; Zn 0,05%, larutan nutrisi
3 (Formula Agrokusuma) yang terdiri dari campuran larutan A dan larutan B
dengan perbandingan 1:1 liter untuk membuat 50 liter larutan. Larutan A yaitu Borat
4,8 g; KNO3 812,5 g; Hidrokarate 1731,2 g; Fe-EDTA 11 g; Urea 131,2 g; K2SO4
0,075 g; pupuk dilarutkan dalam 5 liter air, sedangkan larutan B yaitu KH2PO4
287,5 g; MgSO4 625 g; MnSO4 2,9 g; CuSO4 0,3 g; ZnSO4 2,4 g; NaMO 0,2 g; K2SO4
0,075 g; pupuk dilarutkan dalam 5 liter air. Bahan yang diperlukan dapat dibeli
di toko bahan kimia terdekat dengan konsentrasi yang cukup efisien.
Sedangkan alat
yang digunakan dalam percobaan yaitu meliputi kerangka hidroponik, polibag, Chlorophylmeter SPAD 502, timbangan,
penggaris, sprayer, thermomether bola basah bola kering, gelas ukur, kertas pH,
oven.
Proses pembuatan kerangka
hidroponik Ebb and Flow hingga pengamatan data dijabarkan sebagai berikut :
1.
Pembuatan Kerangka Hidroponik Pasang Surut
Permasalahan
yang di hadapi petani dalam pembuatan sistem hidroponik Ebb and Flow antara
lain biaya pembuatan cukup mahal, tergantung pada listrik karena menggunakan
pompa otomatis. Oleh karena itu penggunaan sistem hidroponik Ebb and Flow
secara manual menjadi alternatif yang diperhitungkan karena lebih murah dan
alat bahannya mudah didapat. Pembuatan kerangka hidroponik pasang surut dapat
menggunakan rak-rak yang terbuat dari bambu untuk penempatan timba yang dilubangi
untuk menyurutkan nutrisi dan diisi media (cocopeat) dan satu rak besar untuk
penempatan 3 tandon yang berisi larutan nutrisi. Tandon tersebut disambungkan
dengan selang untuk mempermudah pengaplikasian larutan nutrisi yang diberikan
menggenangi akar dan media tanam. Selang beberapa waktu kemudian larutan
nutrisi kemudian disurutkan dengan membuka lubang bagian bawah timba. Perlakuan
ini dilakukan setiap hari selama satu minggu lalu dilakukan pengecekan PH pada
tandon larutan nutrisi.
2.
Pembibitan Tanaman Baby Kailan
Pembibitan tanaman kailan dilakukan dengan penyemaian, media yang
digunakan untuk persemaian adalah pasir dan kompos dengan perbandingan 1 : 1
lalu dimasukkan kedalam nampan yang telah disediakan. Media yang sudah disiapkan
disiram dengan air secukupnya. Kemudian pada media tersebut dibuat lubang tanam
dengan kedalaman sekitar 1 cm. Benih kailan dimasukkan ke dalam lubang tanam,
kemudian ditimbun dengan sisa media pasir dan kompos tipis-tipis maksimal
setinggi 1 cm. Media persemaian dijaga kelembapannya dengan cara melakukan
penyiraman 2 kali setiap hari yaitu pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan
menggunakan sprayer sehingga tidak merusak bibit maupun media yang digunakan
dalam penyemaian. Benih yang ditanam dinampan dilakukan perawatan hingga bibit
tanaman kailan berumur 4 minggu dengan ciri-ciri bibit memiliki jumlah daun 4
helai dan tinggi kurang lebih 5 cm.
3.
Pembuatan Larutan Nutrisi
Larutan nutrisi hidroponik dibuat dengan cara menimbang nutrisi 1
(Gandapan), nutrisi 2 Growmore), dan nutrisi 3 (Formula Agrokusuma) sebanyak 50
g. Kemudian ketiga nutrisi dituangkan kedalam tandon sesuai dengan tandon yang
sudah disiapkan dan setiap tandon kemudian diisi air sebanyak 50 L. Larutan
yang sudah dibuat nantinya akan diberikan ke tanaman kalian sesuai dengan
perlakuan yang telah dibuat. Larutan nutrisi pada percobaan ini dilakukan
pergantian setiap 1 minggu sekali dan dilakukan pengecekan pH menggunakan
kertas pH setiap 3 hari sekali.
4.
Persiapan Media Tanam
Media hidroponik yang digunakan yaitu menggunakan media tumbuh cocopeat
atau serbuk serabut kelapa dan selanjutnya dimasukkan kedalam polibag ukuran
35x35 cm. Cocopeat yang dimasukkan kedalam setiap polibag yaitu seberat 1,5 kg
atau dikira-kira secukupnya. Media cocopeat yang sudah selesai dimasukkan
kedalam polibag lalu dimasukkan ketimba yang sudah disusun dirak-rak yang telah
disediakan.
5.
Pemindahan Bibit
Setelah bibit tanaman kailan berumur 28 hari (4 minggu) dengan memilih
bibit yang baik yaitu bibit yang sehat dan memiliki ukuran dan jumlah daun yang
seragam yaitu tinggi kurang lebih 5 cm dan jumlah daun 5 helai, dan kuat atau
tegak pertumbuhannya. Media yang digunakan dalam pembibitan dibasahi terlebih
dahulu agar mudah dalam melakukan pencabutan bibit, bibit diangkat pelan pelan
agar tidak rusak atau patah. Bibit yang sudah dicabut dari media pembibitan
kemudian dicuci dengan menggunakan air agar bersih dari pasir yang masih
menempel pada akar. Bibit kemudian dipindahkan atau ditanam ke media cocopeat yang
sudah disiapkan sebelumnya. Penanaman bibit dilakukan sampai batas leher akar,
hal ini dilakukan agar bibit tidak terpendam. Setiap polibag sebaiknya terdapat
2 buah tanaman kailan yang dirawat hingga pemanenan kemudian dipindahkan ke
ember.
6.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan yang dilakukan yaitu meliputi :
1.
Penyulaman, dilakukan penyulaman apabila ada
bibit yang mati sejak bibit dipindahkan hingga 1 minggu setelah pemindahan
bibit ke media cocopeat.
2.
Penyiraman media tanam, penyusutan dan pergantian
larutan nutrisi yang dilakukan secara periodik yaitu setiap 1 minggu sekali
untuk menjaga ketersedian nutrisi dan kestabilan pH.
3.
Pengukuran pH larutan nutrisi dilakukan setiap 3
hari sekali dengan menggunakan kertas pH untuk mengetahui dan menjaga
kestabilan pH.
1.
Pemanenan
Pemanenan tanaman kalian dilakukan pada umur 45 hari setelah tanam pada
saat tanaman mencapai pertumbuhan maksimal. Secara fisik, ciri-ciri tanaman
kailan yang siap dipanen yaitu tanaman kailan belum berbunga, batang dan daun
belum terlihat menua, ukuran tanaman telah mencapai maksimal, dan batang sudah
berukuran maksimal dan belum mengeras. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut
tanaman kailan dari media cocopeat atau lebih mudahnya dengan merobek sisi
polibag sehingga antara media dan tanaman masih menyatu, kemudian tanaman
kailan dicuci dengan menggunakan air sampai bersih dan bebas dari kotoran yang
menempel pada akar. Tanaman kailan yang sudah dibersihkan dikumpulkan ditempat
yang teduh agar tidak terkena sinar matahari secara langsung, karena dapat
mempercepat tanaman kailan menjadi kering, keriput dan layu. Hal ini dilakukan
karena setelah pemanenan tanaman kailan harus ditimbang berat segarnya sehingga
dibutuhkan tanaman kailan yang tetap segar.
2.
Pengamatan Data
Data percobaan ini diperoleh dari pengamatan dan pengukuran terhadap :
1.
Kandungan klorofil daun (μmol/m2), pengukuran
kandungan klorofil daun menggunakan alat Chlorophylmeter
SPAD 502 pada akhir pengamatan yaitu pada umur 45 hari setelah tanam.
2.
Volume akar (cm3), pengukuran volume akar
dilaksanakan pada saat panen yaitu mencelupkan akar tanaman kedalam gelas ukur
berisi air dan menghitung kenaikan volume air dalam gelas ukur tersebut.
3.
Tinggi tanaman (cm), pengukuran tinggi tanaman
dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi,
pengukuran dilakukan selang satu minggu setelah tanam hingga panen dan
dilakukan setiap minggu.
4.
Jumlah daun per tanaman (helai), penghitungan
jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung dari daun yang sudah membuka
sempurna, penghitungan dilakukan selang satu minggu setelah tanam hingga panen
dan penghitungan dilakukan setiap minggu.
5.
Diameter batang (cm), pengukuran diameter batang
dilakukan dengan cara mengukur diameter leher akar tanaman, pengukuran
dilakukan pada umur 45 hari setelah tanam.
6.
Berat segar per tanaman (g), penimbangan berat
segar per tanaman dilakukan dengan cara menimbang tanaman beserta akarnya dan
penimbangan dilakukan saat pagi hari setelah panen.
7.
Berat kering per tanaman (g), penimbangan berat
kering per tanaman dilakukan dengan cara menimbang bobot kering total tanaman
setelah dilakukan pengovenan selama 24-48 jam pada suhu 60-70oC atau
pengovenan bisa dilakukan cukup dalam 1 hari jika tanaman sudah kering.
8.
Analisis kandungan kadar serat daun dan kadar
serat kasar batang.
\
III. PENUTUP
1.
Kesimpulan
1.
Sistem pasang
surut (Ebb and Flow) merupakan salah satu teknik sistem hidroponik pasif dengan
menggunakan agregat.
2.
Pembuatan
kerangka hidroponik pasang surut dapat menggunakan rak-rak yang terbuat dari
bambu untuk penempatan timba yang diisi media (cocopeat) dan satu rak besar
untuk penempatan 3 tandon yang berisi larutan nutrisi. Tandon tersebut
disambungkan dengan selang untuk mempermudah pengaplikasian larutan nutrisi
yang diberikan menggenangi akar dan media tanam. Selang beberapa waktu kemudian
larutan nutrisi kemudian disurutkan dengan membuka lubang bagian bawah timba.
Perlakuan ini dilakukan setiap hari selama satu minggu lalu dilakukan
pengecekan PH pada tandon larutan nutrisi.
3.
Salah satu
teknik hidroponik yang digunakan oleh petani di Indonesia yaitu sistem
hidroponik pasang surut yang merupakan salah satu teknik sistem hidroponik pasif
dengan menggunakan agregat salah satunya yaitu cocopeat, karena dapat menyimpan
air lebih lama sehingga dapat meningkatkan produksi baby kailan dengan penggunaan
air yang lebih efisien serta berbagai keuntungan lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Asiah,
A., M. Razi dkk. 2009. Physical and Chemical Properties of Coconut Coir and Oil
Palm Empty Fruit Bunch and The Growth of Hybrid Heat Tolerant Caulifower Plant.
Pertanika J. Trop. Agric. Sci. 27(2):
121-131.
Annisava,
A. R. 2013. Optimalisasi Pertumbuhan dan Kandungan Vitamin C Kailan (Brassica alboglabra L.) Menggunakan
Bokashi Serta Ekstrak Tanaman Terfermentasi. Jurnal Agroteknologi. 3 (2): 1-10.
Awang,
Y., A.S. Shamarom., R.B. Mohamad. and A. Selamat. 2009. Chemical and Physical
Characteristic of Cococpeat-Based Media Mixtures and Their Effects on the
Growth and Development of Celosia Cristata. American Journal of Agricultural
and Biological Sciences. 4 (1): 63-71.
Delya, B., A. Tusi, B. Lanya, dan I. Zulkarnain.
2014. Rancang Bangun Sistem Hidroponik Pasang Surut Otomatis untuk Budidaya
Tanaman Cabai. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. (3). 3: 205-212.
Hasirani.,
D.K. Kalsim. dan A. Kusendro. 2013. Kajian Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat)
Sebagai Media Tanam (Study Of Cocopeat As Planting Media).
Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. 8 hlm.
Iskandar,
Anggriany. 2016. Pengaruh Dosis Dan Macam Larutan Hara Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Kailan (Brassica
oleraceae) Dengan Sistem Hidroponik Ebb
And Flow. Skripsi. Program Studi
Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Jember.
Mugundhan,
R.M., M. Soundaria, V. Maheswari, P. Shantakumari, and V. Gopal. 2011. “Hydroponic”-
A Novel Alternative for Geoponic Cultivation of Medicinal Plants and Food
Crops. International Journal of Pharma
and Bio-Sciences. 2(2) : 286-296.
Karsono, S. 2013. Exploring Classroom
Hydoponics. Parung Farm. Bogor. 36 hlm.
Okefood.
2009. Mengenal Kailan, Brokoli Ala Cina. http://www.okefood.com/.
Diakses 26 Maret 2016 Pukul 16.26 WIB.
Purbarani,
D.A. 2011. Kajian Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi pada
Budidaya Baby Kailan dengan Hidroponik Ebb
and Flow. Skripsi. Jurusan Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Ramadhan,
Handy dkk. 2015. Rancang Bangun Sistem Hidroponik Pasang Surut Untuk Tanaman
Baby Kailan (Brassica oleraceae)
Dengan Media Tanam Serbuk Serabut Kelapa. Jurnal
Teknik Pertanian Lampung. Vol. 4, No. 4: 281-292
Samadi,
B. 2013. Budidaya Intensif Kailan Secara Organik dan Anorganik. Pustaka
Mina. Jakarta. 107 hlm.
Susila,
A.D. 2013. Modul V Sistem Hidroponik.
Departemen Agronomi dan Holtikultura. IPB. Bogor. 20 hlm.
Suwandi.
2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman dalam Pengembangan Inovasi Budidaya
Sayuran Berkelanjutan. Pengembangan
Inovasi Pertanian. (2) 2: 131-147.
Tim
Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman
Budidaya secara Hidroponik. Nuansa Aulia. Bandung.
Wijaya,
K. 2010. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Hasil
Perombakan Anaerob Limbah Makanan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.
LAMPIRAN
Gambar
1. Kerangka Hidroponik Ebb and Flow
Gambar
2. Media Serbuk Serabut Kelapa (Cocopeat)
Gambar
3. Pembibitan Tanaman Kailan
Gambar
4. Persiapan Media Tanam
Gambar
5. Penimbangan Unsur Hara
Gambar
6. Pembuatan Larutan Nutrisi
Gambar
7. Pemberian Larutan Nutrisi
Gambar
8. Penyurutan Larutan Nutrisi
Gambar
9. Pengukuran Diameter Batang
Gambar
10. Pengukuran Klorofil Daun
Gambar
11. Pengukuran Tinggi Tanaman
Gambar
12. Penimbangan Berat Basah Tanaman Kailan
Gambar
13. Pengovenan Tanaman
Gambar
14. Penimbangan Berat Kering Tanaman
Gambar
15. Pengukuran PH dengan Kertas PH
Gambar
16. Kailan 45 HST
Tidak ada komentar:
Posting Komentar