Selasa, 04 Juli 2017

EBB FLOW COCOPEAT KAILAN




MAKALAH RTPT

PEMBERIAN MACAM NUTRISI SISTEM HIDROPONIK EBB AND FLOW (PASANG SURUT) UNTUK TANAMAN BABY KAILAN (Brassica oleraceae) DENGAN MEDIA TANAM COCOPEAT (SERBUK SERABUT KELAPA)



 


 


Oleh :
Abi Daulah Haque                  (A1L014189)
Prisma Nurul Ilmiyati (A1L014193)
Rike Nur Septianty                (A1L014199)
Wahyu W. Fahrizal                 (A1L014207)
Rahmat Rusdiyanto               (A1L014209)
             
             


KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pemberian Macam Nutrisi Sistem Hidroponik Ebb And Flow (Pasang Surut) Untuk Tanaman Baby Kailan (Brassica Oleraceae) Dengan Media Tanam Cocopeat (Serbuk Serabut Kelapa) ini. Terselesainya makalah  ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penyusun





1.    PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Teknik budidaya tanaman secara hidroponik telah banyak digunakan oleh petani di Indonesia khususnya untuk membudidayakan tanaman sayur. Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik adalah jenis tanaman dengan nilai ekonomis yang tinggi, salah satunya adalah baby kailan. Baby kailan adalah tanaman hortikultura dengan nilai ekonomis yang tinggi dan juga banyak mengandung vitamin dan mineral yang baik bagi kesehatan sehingga sangat cocok jika dibudidayakan secara hidroponik. Salah satu teknik hidroponik yang digunakan oleh petani di Indonesia yaitu sistem hidroponik pasang surut. Di Indonesia budidaya tanaman dengan sistem hidroponik pasang surut masih kurang diminati oleh petani. Hal ini dikarenakan biaya pembuatan dari kerangka sistem hidroponik pasang surut yang cukup mahal dan juga desain dari sistem hiroponik yang kurang sesuai sehingga kuantitas tanamnya masih rendah. Makalah ini membahas cara membuat sistem hidroponik pasang surut yang mampu memproduksi tanaman dengan jumlah yang banyak dengan baik namun dengan biaya pembuatan yang lebih terjangkau.

2.    Tujuan
1.                  Mengetahui pengertian sistem hidroponik pasang surut.
2.                  Mengetahui cara membuat sistem hidroponik pasang surut media cocopeat dengan berbagai macam nutrisi.
3.                  Mengetahui manfaat sistem hidroponik pasang surut dalam meningkatkan produksi tanaman.





















4.      PEMBAHASAN
1.                   Tanaman Baby Kailan
Sayuran adalah makanan yang banyak mengandung manfaat dan diperlukan oleh hampir setiap orang. Sayuran dapat berupa tanaman atau bagian tanaman yang dapat dikonsumsikan segar maupun matang sebagai bagian dari susunan menu makanan. Jenis sayuran sangat beragam ada yang berupa umbi, buah, bunga, atau daun. Sayuran daun merupakan jenis yang paling banyak dikonsumsi salah satunya tanaman kailan. Sayuran daun merupakan jenis yang paling banyak dikonsumsi, salah satunya tanaman kailan. Kailan merupakan sayuran dari famili cruciferae yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Tanaman ini memiliki nilai ekonomi tinggi, namun belum dikenal oleh masyarakat luas dan belum dijual dibanyak pasar tradisional sehingga memiliki prospek yang cukup bagus untuk dibudidayakan. Salah satu cara menghasilkan produk sayuran yang memiliki kualitas tinggi dan baik secara kontinyu adalah melakukan budidaya dengan sistem hidroponik.
Kailan (Brassica oleraceae) masuk di Indonesia pada abad ke-17. Kailan merupakan sayuran dari famili cruciferae yang bermanfaat bagi kesehatan manusia (Annisava, 2013). Kailan (Brassica oleraceae) merupakan salah satu jenis sayuran family kubis-kubisan (Brassicaceae) yang diduga berasal dari negeri Cina dan dipanen ketika tanaman masih muda. Kailan merupakan jenis tanaman sayuran daun, dalam dunia tumbuh – tumbuhan, menurut Steenis (1975 dalam Iskandar, 2016), tanaman kailan diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub-kingdom  : Spermatophyta
Divisi     : Sphermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (biji berada di dalam buah)
Kelas     : Dicotyledonae (biji berkeping dua atau biji belah)
Famili (suku)     : Brassicaceae/Cruciferae
Genus (marga) : Brassica
Spesies (jenis) : Brassica oleraceae Var. acephala
Bentuk tanaman kailan sepintas mirip caisim atau kembang kol yang panjang melebar berwarna hijau tua, sedangkan batangnya mirip dengan kembang kol. Kailan juga dikenal dengan daun roset yang tersusun spiral kearah puncak cabang tak berbatang. Sebagian besar sayuran kailan memiliki ukuran daun yang lebih besar dengan permukaan serta sembir daun yang rata. Pada kailan tipe tertentu, daun yang tersusun secara sepiral ini selalu bertumpang tindih sehingga agak mirip kepala longgar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997 dalam Iskandar, 2016). Tanaman kailan memiliki tinggi sekitar 40-50 cm, daun berbentuk bulat panjang dengan ujung meruncing dan tulang – tulang daun menyirip, warna daun hijau tua, permukaan daun halus dan tidak berbulu. Batangnya tegak berbentuk bulat pendek, letaknya dibagian bawah yang terpendam di dalam tanah, batang tanaman kailan merupakan batang sejati, bersifat tidak keras, kokoh, berbuku-buku (beruas-ruas), berdiameter antara 3-4 cm. Tanaman kailan memiliki akar tunggang serabut, akar tunggang tumbuh lurus menembus tanah sampai kedalaman sekitar 40 cm sedangkan akar serabut umumnya tumbuh menyebar ke samping dan menembus tanah dangkal pada kedalaman sekitar 25 cm. Bunga kailan berwarna putih, tumbuh dari pucuk-pucuk tanaman (Samadi, 2013).
Kailan merupakan tanaman yang pada umumnya dapat tumbuh pada segala jenis tanah, walaupun tidak semuanya memberikan hasil baik. Tanaman kailan lebih cocok ditanam di dataran tinggi, walaupun ada beberapa varietas yang dapat ditanam dan tumbuh baik di dataran medium (sekitar 300 mdpl). Daerah yang cocok untuk tanaman kailan adalah dataran medium hingga dataran tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian 300-1.900 mdpl, ketinggian tempat yang ideal berkisar antara 700 – 1.300 mdpl (Setiawan, 1994 dalam Iskandar, 2016). Suhu rata-rata harian yang sesuai untuk pertumbuhan yaitu 15oC-25oC, sedangkan kelembapan udara yang sesuai 60%-90%/ Daerah yang memiliki rerata curah hujan 1.000-1.900 mm per tahun sangat sesuai untuk membudidayakan kailan, karena curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan genangan air yang berlebihan yang tidak menguntungkan kehidupan dan pertumbuhan tanaman kailan. Baby kailan ditanam seperti kailan biasa, tetapi bedeng penanaman dinaungi plastik. Batang dan tangkai daun tumbuh panjang dan lunak, tetapi panjang keseluruhan tanaman ketika dipanen hanya 10-15 cm.
Kailan merupakan salah satu sayuran yang mempunyai banyak manfaat, diantaranya merupakan sumber vitamin K yang sangat baik untuk membantu proses pembekuan darah. Konsumsi 100 g kailan dapat memenuhi 141 persen kebutuhan tubuh akan vitamin K setiap hari. Kailan kaya berbagai vitamin, termasuk vitamin A yang baik untuk kesehatan mata, dan mineral khususnya kalsium dan zat besi. Sayur berwarna hijau ini juga mengandung isotiosianat, senyawa penangkal kanker (Okefood, 2009).
2.                   Pengertian Hidroponik Pasang Surut (Ebb and Flow)
Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan media inert seperti pasir, peat, dan serbuk gergaji dengan memberikan larutan hara yang mengandung semua unsur esensial yang dibutuhkan oleh tanaman (Susila, 2013). Teknik budidaya tanaman secara hidroponik telah banyak digunakan oleh petani di Indonesia khususnya untuk membudidayakan tanaman sayur. Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik adalah jenis tanaman dengan nilai ekonomis yang tinggi, salah satunya adalah baby kailan. Baby kailan adalah tanaman hortikultura dengan nilai ekonomis yang tinggi dan juga banyak mengandung vitamin dan mineral yang baik bagi kesehatan sehingga sangat cocok jika dibudidayakan secara hidroponik (Samadi, 2013 dalam Ramadhan dkk, 2015).
Menurut Wijayani dan Widodo (2005) dalam Iskandar (2016), bahwa dengan sistem hidroponik dapat diatur kondisi lingkungan seperti suhu, kelembapan relatif, dan intensitas cahaya, bahkan faktor curah hujan dapat dihilangkan sama sekali dan serangan hama penyakit dapat diperkecil. Teknologi hidroponik memiliki beberapa keuntungan yaitu kepadatan tanaman persatuan luas dapat dilipat gandakan, mutu produk (bentuk, ukuran, warna, dan kebersihan) dapat terjamin karena kebutuhan nutrisi tanaman dipasok secara terkendali dirumah kaca, dan tidak tergantung musim dan waktu panen dapat diatur sesuai kebutuhan pasar.
Sistem hidroponik berdasarkan medianya dikelompokkan menjadi: (1) Kultur agregat seperti hidroponik substrat sistem tetes (Drip), pengucuran dari atas (Top Feeding), pasang surut (Ebb and Flow), sistem statis dan modifikasi hidroponik substrat lainnya, (2) Kultur air seperti NFT (Nutrient Film Technique), dan DFT (Deep Flow Technique), dan (3) Kultur udara seperti aeroponik. Sistem hidroponik Ebb and Flow merupakan salah satu metode yang populer dari hidroponik, serta dianggap cocok untuk diterapkan pada tanaman kailan yang tidak membutuhkan terlalu banyak air dalam pertumbuhannya.
Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan seperti : (1) tidak membutuhkan lahan yang besar dan perawatan lebih praktis sehingga membutuhkan sedikit tenaga kerja, (2) pemakaian pupuk lebih efisien, (3) tanaman tumbuh lebih pesat dan kebersihan terjamin, (4) penanaman dapat dilakukan terus menerus tanpa tergantung musim, (5) dapat dilakukan penjadwalan pemanenan sehingga dapat memproduksi tanaman secara kontinyu, serta (6) harga jual sayuran hidroponik lebih mahal (Lingga, 2005 dalam Ramadhan, 2015).
Salah satu teknik hidroponik yang digunakan oleh petani di Indonesia yaitu sistem hidroponik pasang surut. Sistem pasang surut (Ebb and Flow) merupakan salah satu teknik sistem hidroponik pasif dengan menggunakan agregat (Karsono, 2013). Agregat yang digunakan dapat berupa rockwool, arang sekam, cocopeat dan lainnya. Agregat jenis cocopeat dinilai cocok untuk digunakan sebagai media tanam pada sistem hidroponik pasang surut karena kapasitas simpan airnya yang tinggi (Hasirani dkk, 2014). Selain itu cocopeat juga memiliki pH yang netral (Awang, 2009). dan memilliki unsur makro yang dibutuhkan oleh tanaman seperti N, P, K, Mg, Ca (Asiah, 2009). Sistem pasang surut bekerja dengan pompa yang secara berkala mengalirkan larutan nutrisi ke bak tanam hingga merendam akar dan dialirkan kembali ke reservoir dengan interval waktu tertentu (Mugundhan dkk, 2011).
Hidroponik Ebb and Flow (pasang surut) merupakan salah satu teknik hidroponik yang banyak digunakan. Sistem ini bekerja dengan memenuhi media pertumbuhan dengan larutan nutrisi yang tidak terserap kembali ke bak penampungan (Karsono, 2013). Sistem Hidroponik Ebb and Flow ini termasuk sistem yang efisien dalam penggunaan larutan nutrisi (Delya, dkk, 2014). Prinsip kerja Hidroponik Ebb and Flow menyediakan larutan nutrisi dengan pola pasang surut. Prinsip kerja dengan pola pasang surut memberikan keuntungan ketika air menggenang dan membasahi media, gas-gas sisa metabolisme yang dikeluarkan oleh akar terpompa keluar. Sebaliknya, ketika air meninggalkan media, udara baru dari luar yang banyak mengandung oksigen akan tersedot kedalam media tanam sehingga menjadikan tanaman tumbuh subur dan sehat. Dalam sistem hidroponik pemberian larutan hara sangat penting karena dalam medianya tidak terkandung unsur hara, oleh karena itu unsur hara mutlak diperlukan secara tepat dan efisien (Prihmantoro dan Indriani, 2003 dalam Iskandar, 2016).
Sistem hidroponik ebb and flow memiliki kelebihan serta kekurangan. Kelebihan sistem hidroponik ebb and flow antara lain tanaman mendapatkan suplai air yang cukup, tanaman mendapatkan suplai oksigen dan nutrisi secara terus-menerus, pertukaran oksigen lebih baik karena terbawa air pasang surut, dan mempermudah dalam perawatan tanaman. Kekurangan sistem hidroponik ebb and flow yaitu nilai pH akan berfluktuasi dari waktu kewaktu, apabila dibiarkan akan menyebabkan terganggunya penyerapan unsur hara oleh tanaman. Sehingga perlu adanya pengontrolan pH secara rutin agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya jenis media tumbuh yang tidak tepat akan mengakibatkan akar mengering dengan cepat ketika siklus air terganggu. Masalah tersebut bisa dikurangi dengan menggunakan media tumbuh yang mampu mempertahankan banyak air seperti rockwall, akar pakis, ataupun sabut kelapa (Karsono dkk, 2002 dalam Iskandar, 2016).
Gambar 1. Prinsip Kerja Hidroponik Ebb and Flow
Dalam sistem hidroponik ebb and flow, tempat penggenangan akan dialiri nutrisi berturut – turut dengan larutan nutrisi yang sama. Setelah rangkaian tempat penggenangan ternutrisi atau paling tidak satu kali dalam seminggu, larutan nutrisi harus dikontrol pH dan kepekatan. Umumnya larutan nutrisi tidak berubah. Setelah masuk ke dalam pot melalui kapilaritas, sebagian kecil dari larutan nutrisi kembali ke tempat penggenangan. Perubahan tersebut biasanya tidak terjadi, kehilangan pada volume larutan nutrisi saat kembali ke tempat nutrisi umumnya terjadi karena penambahan larutan nutrisi yang baru sesuai dengan proporsi sistem. Beberapa evaporasi dari air dapat terjadi dari larutan nutrisi ketika berada di tempat penggenangan. Hal ini akan menaikkan kepekatan larutan nutrisi. Ketika hal ini terjadi, air dapat ditambahkan untuk menurunkan kepekatan larutan (Nelson, 1998 dalam Purbarani, 2011).
Kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk yang beredar biasanya dicantumkan dalam bentuk persen unsur atau senyawa, setiap jenis pupuk berbeda dalam hal jenis dan banyaknya unsur hara yang dikandungnya. Pada sistem pertanaman hidroponik dengan Ebb and Flow (pasang surut) unsur hara didapatkan dari penggenangan nutrisi yang diberikan pada tanaman, sehingga dalam hal ini dosis serta larutan nutrisi yang digunakan menjadi penentu untuk mendapatkan kualitas sayuran yang baik. Dosis dan larutan nutrisi yang sesuai dalam budidaya tanaman kailan secara hidroponik akan memacu pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik serta dapat memberikan hasil dan produksi tanaman kailan yang maksimal. Oleh karena itu perlu melakukan percobaan lebih lanjut tentang respon pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan pada berbagai jenis larutan nutrisi yang digunakan dengan dosis yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang terbaik. (Iskandar, 2016).
3.                   Pentingnya Nutrisi Hidroponik
Kebutuhan unsur hara pada tanaman ada kaitannya dengan jenis atau macam unsur hara. Hal ini sejalan dengan adanya perbedaan karakter dari masing-masing tanaman menyangkut kebutuhannya akan unsur hara tertentu serta perbedaan karakter dan fungsi dari unsur hara tersebut. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda sesuai dengan fase-fase pertumbuhan tanaman tersebut, dimana kebutuhan unsur hara saat awal pertumbuhan (fase vegetatif) berbeda dengan saat tumbuhan mencapai fase generatif. Jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman berbeda sesuai dengan jenis tanaman dan jenis unsur haranya, contohnya pada jenis tanaman sayuran akan membutuhkan jumlah dan jenis unsur hara yang berbeda dengan tanaman palawija. Jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat diketahui dari umur tanaman. Menurut (Tisdale et al, 1985 dalam Suwandi, 2009) menyatakan konsumsi hara oleh tanaman berbeda-beda bergantung pada umur fisiologis tanaman tersebut.
Setiap tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik membutuhkan unsur hara yang selalu tersedia selama siklus hidupnya mulai saat penanaman hingga pemanenan. Faktor pemberian konsentrasi pupuk yang tepat akan mempengaruhi hasil suatu tanaman. Upaya dalam ketersediaan hara selain pemberian konsentrasi pupuk, dapat juga melalui frekuensi pemberian pupuk, cara pemberian dan bentuk pupuk yang digunakan secara tepat (Bastari dalam Wijaya, 2010).
Sistem budidaya hidroponik memiliki perbedaan dengan sistem budidaya konvensional, perbedaan paling menonjol antara keduanya yaitu terletak pada penyediaan nutrisi tanaman. Pada sistem budidaya konvensional penyediaan nutrisi sangat bergantung pada kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan lengkap. Menurut (Tim Karya Tani Mandiri, 2009) pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi diberikan dalam bentuk larutan yang bahannya berasal dari bahan organik maupun anorganik. Beberapa nutrisi atau pupuk yang digunakan dalam sistem hidroponik pada umumnya meliputi growmore, hyponex, vitabloom, vitagrow, gandapan, gandasil, baypolan, dan lain-lain. Untuk sistem hidroponik khususnya pada tanaman sayuran nutrisi atau pupuk yang umum digunakan adalah nutrisi atau pupuk yang mengandung unsur nitrogen tinggi atau dominan, hal ini dikarenakan pada tanaman sayuran hal yang diutamakan adalah pertumbuhan vegetatifnya. Nutrisi yang diperlukan merupakan sumber energi dan sumber materi untuk sintesis berbagai komponen sel. Nutrisi biasa diambil tanaman dalam bentuk ion dari tanah dan beberapa dari udara. Pupuk hidroponik mengandung semua unsur makro dan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman (NO3-, H2PO4+, SO4-, NH4+, K+, Ca+, Mg+, Fe, Mn, Zn, B, Cu, dan Mo).
4.                   Pembuatan sistem Hidroponik Ebb and Flow media cocopeat dengan berbagai macam nutrisi.
Bahan yang digunakan meliputi benih tanaman kailan, media cocopeat sebagai media tumbuh, air, larutan nutrisi 1 (Gandapan) yang terdiri dari unsur N 31%; P2O5 11%; K2O 10%; MgO 3,16%; Mn; Bo; Fe; Cu; Co; Zn; Mo; vitamin, larutan nutrisi 2 (Growmore) yang terdiri dari N total 32%; P2O5 10%; K2O 10%; Ca 0,05%; Mg 0,1%; S 0,2%; Bo 0,02%; Cu 0,05%; Fe 0,1%; Mn 0,05%; Mo 0,005%; Zn 0,05%, larutan nutrisi 3 (Formula Agrokusuma) yang terdiri dari campuran larutan A dan larutan B dengan perbandingan 1:1 liter untuk membuat 50 liter larutan. Larutan A yaitu Borat 4,8 g; KNO3 812,5 g; Hidrokarate 1731,2 g; Fe-EDTA 11 g; Urea 131,2 g; K2SO4 0,075 g; pupuk dilarutkan dalam 5 liter air, sedangkan larutan B yaitu KH2PO4 287,5 g; MgSO4 625 g; MnSO4 2,9 g; CuSO4 0,3 g; ZnSO4 2,4 g; NaMO 0,2 g; K2SO4 0,075 g; pupuk dilarutkan dalam 5 liter air. Bahan yang diperlukan dapat dibeli di toko bahan kimia terdekat dengan konsentrasi yang cukup efisien.
Sedangkan alat yang digunakan dalam percobaan yaitu meliputi kerangka hidroponik, polibag, Chlorophylmeter SPAD 502, timbangan, penggaris, sprayer, thermomether bola basah bola kering, gelas ukur, kertas pH, oven.
Proses pembuatan kerangka hidroponik Ebb and Flow hingga pengamatan data dijabarkan sebagai berikut :
1.                   Pembuatan Kerangka Hidroponik Pasang Surut
Permasalahan yang di hadapi petani dalam pembuatan sistem hidroponik Ebb and Flow antara lain biaya pembuatan cukup mahal, tergantung pada listrik karena menggunakan pompa otomatis. Oleh karena itu penggunaan sistem hidroponik Ebb and Flow secara manual menjadi alternatif yang diperhitungkan karena lebih murah dan alat bahannya mudah didapat. Pembuatan kerangka hidroponik pasang surut dapat menggunakan rak-rak yang terbuat dari bambu untuk penempatan timba yang dilubangi untuk menyurutkan nutrisi dan diisi media (cocopeat) dan satu rak besar untuk penempatan 3 tandon yang berisi larutan nutrisi. Tandon tersebut disambungkan dengan selang untuk mempermudah pengaplikasian larutan nutrisi yang diberikan menggenangi akar dan media tanam. Selang beberapa waktu kemudian larutan nutrisi kemudian disurutkan dengan membuka lubang bagian bawah timba. Perlakuan ini dilakukan setiap hari selama satu minggu lalu dilakukan pengecekan PH pada tandon larutan nutrisi.
2.                   Pembibitan Tanaman  Baby Kailan
Pembibitan tanaman kailan dilakukan dengan penyemaian, media yang digunakan untuk persemaian adalah pasir dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 lalu dimasukkan kedalam nampan yang telah disediakan. Media yang sudah disiapkan disiram dengan air secukupnya. Kemudian pada media tersebut dibuat lubang tanam dengan kedalaman sekitar 1 cm. Benih kailan dimasukkan ke dalam lubang tanam, kemudian ditimbun dengan sisa media pasir dan kompos tipis-tipis maksimal setinggi 1 cm. Media persemaian dijaga kelembapannya dengan cara melakukan penyiraman 2 kali setiap hari yaitu pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprayer sehingga tidak merusak bibit maupun media yang digunakan dalam penyemaian. Benih yang ditanam dinampan dilakukan perawatan hingga bibit tanaman kailan berumur 4 minggu dengan ciri-ciri bibit memiliki jumlah daun 4 helai dan tinggi kurang lebih 5 cm.
3.                   Pembuatan Larutan Nutrisi
Larutan nutrisi hidroponik dibuat dengan cara menimbang nutrisi 1 (Gandapan), nutrisi 2 Growmore), dan nutrisi 3 (Formula Agrokusuma) sebanyak 50 g. Kemudian ketiga nutrisi dituangkan kedalam tandon sesuai dengan tandon yang sudah disiapkan dan setiap tandon kemudian diisi air sebanyak 50 L. Larutan yang sudah dibuat nantinya akan diberikan ke tanaman kalian sesuai dengan perlakuan yang telah dibuat. Larutan nutrisi pada percobaan ini dilakukan pergantian setiap 1 minggu sekali dan dilakukan pengecekan pH menggunakan kertas pH setiap 3 hari sekali.
4.                   Persiapan Media Tanam
Media hidroponik yang digunakan yaitu menggunakan media tumbuh cocopeat atau serbuk serabut kelapa dan selanjutnya dimasukkan kedalam polibag ukuran 35x35 cm. Cocopeat yang dimasukkan kedalam setiap polibag yaitu seberat 1,5 kg atau dikira-kira secukupnya. Media cocopeat yang sudah selesai dimasukkan kedalam polibag lalu dimasukkan ketimba yang sudah disusun dirak-rak yang telah disediakan.
5.                   Pemindahan Bibit
Setelah bibit tanaman kailan berumur 28 hari (4 minggu) dengan memilih bibit yang baik yaitu bibit yang sehat dan memiliki ukuran dan jumlah daun yang seragam yaitu tinggi kurang lebih 5 cm dan jumlah daun 5 helai, dan kuat atau tegak pertumbuhannya. Media yang digunakan dalam pembibitan dibasahi terlebih dahulu agar mudah dalam melakukan pencabutan bibit, bibit diangkat pelan pelan agar tidak rusak atau patah. Bibit yang sudah dicabut dari media pembibitan kemudian dicuci dengan menggunakan air agar bersih dari pasir yang masih menempel pada akar. Bibit kemudian dipindahkan atau ditanam ke media cocopeat yang sudah disiapkan sebelumnya. Penanaman bibit dilakukan sampai batas leher akar, hal ini dilakukan agar bibit tidak terpendam. Setiap polibag sebaiknya terdapat 2 buah tanaman kailan yang dirawat hingga pemanenan kemudian dipindahkan ke ember.
6.                   Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan yang dilakukan yaitu meliputi :
1.                   Penyulaman, dilakukan penyulaman apabila ada bibit yang mati sejak bibit dipindahkan hingga 1 minggu setelah pemindahan bibit ke media cocopeat.
2.                   Penyiraman media tanam, penyusutan dan pergantian larutan nutrisi yang dilakukan secara periodik yaitu setiap 1 minggu sekali untuk menjaga ketersedian nutrisi dan kestabilan pH.
3.                   Pengukuran pH larutan nutrisi dilakukan setiap 3 hari sekali dengan menggunakan kertas pH untuk mengetahui dan menjaga kestabilan pH.
1.                   Pemanenan
Pemanenan tanaman kalian dilakukan pada umur 45 hari setelah tanam pada saat tanaman mencapai pertumbuhan maksimal. Secara fisik, ciri-ciri tanaman kailan yang siap dipanen yaitu tanaman kailan belum berbunga, batang dan daun belum terlihat menua, ukuran tanaman telah mencapai maksimal, dan batang sudah berukuran maksimal dan belum mengeras. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman kailan dari media cocopeat atau lebih mudahnya dengan merobek sisi polibag sehingga antara media dan tanaman masih menyatu, kemudian tanaman kailan dicuci dengan menggunakan air sampai bersih dan bebas dari kotoran yang menempel pada akar. Tanaman kailan yang sudah dibersihkan dikumpulkan ditempat yang teduh agar tidak terkena sinar matahari secara langsung, karena dapat mempercepat tanaman kailan menjadi kering, keriput dan layu. Hal ini dilakukan karena setelah pemanenan tanaman kailan harus ditimbang berat segarnya sehingga dibutuhkan tanaman kailan yang tetap segar.
2.                   Pengamatan Data
Data percobaan ini diperoleh dari pengamatan dan pengukuran terhadap :
1.                   Kandungan klorofil daun (μmol/m2), pengukuran kandungan klorofil daun menggunakan alat Chlorophylmeter SPAD 502 pada akhir pengamatan yaitu pada umur 45 hari setelah tanam.
2.                   Volume akar (cm3), pengukuran volume akar dilaksanakan pada saat panen yaitu mencelupkan akar tanaman kedalam gelas ukur berisi air dan menghitung kenaikan volume air dalam gelas ukur tersebut.
3.                   Tinggi tanaman (cm), pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi, pengukuran dilakukan selang satu minggu setelah tanam hingga panen dan dilakukan setiap minggu.
4.                   Jumlah daun per tanaman (helai), penghitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung dari daun yang sudah membuka sempurna, penghitungan dilakukan selang satu minggu setelah tanam hingga panen dan penghitungan dilakukan setiap minggu.
5.                   Diameter batang (cm), pengukuran diameter batang dilakukan dengan cara mengukur diameter leher akar tanaman, pengukuran dilakukan pada umur 45 hari setelah tanam.
6.                   Berat segar per tanaman (g), penimbangan berat segar per tanaman dilakukan dengan cara menimbang tanaman beserta akarnya dan penimbangan dilakukan saat pagi hari setelah panen.
7.                   Berat kering per tanaman (g), penimbangan berat kering per tanaman dilakukan dengan cara menimbang bobot kering total tanaman setelah dilakukan pengovenan selama 24-48 jam pada suhu 60-70oC atau pengovenan bisa dilakukan cukup dalam 1 hari jika tanaman sudah kering.
8.                   Analisis kandungan kadar serat daun dan kadar serat kasar batang.
















\


III. PENUTUP
1.                  Kesimpulan
1.                  Sistem pasang surut (Ebb and Flow) merupakan salah satu teknik sistem hidroponik pasif dengan menggunakan agregat.
2.                  Pembuatan kerangka hidroponik pasang surut dapat menggunakan rak-rak yang terbuat dari bambu untuk penempatan timba yang diisi media (cocopeat) dan satu rak besar untuk penempatan 3 tandon yang berisi larutan nutrisi. Tandon tersebut disambungkan dengan selang untuk mempermudah pengaplikasian larutan nutrisi yang diberikan menggenangi akar dan media tanam. Selang beberapa waktu kemudian larutan nutrisi kemudian disurutkan dengan membuka lubang bagian bawah timba. Perlakuan ini dilakukan setiap hari selama satu minggu lalu dilakukan pengecekan PH pada tandon larutan nutrisi.
3.                  Salah satu teknik hidroponik yang digunakan oleh petani di Indonesia yaitu sistem hidroponik pasang surut yang merupakan salah satu teknik sistem hidroponik pasif dengan menggunakan agregat salah satunya yaitu cocopeat, karena dapat menyimpan air lebih lama sehingga dapat meningkatkan produksi baby kailan dengan penggunaan air yang lebih efisien serta berbagai keuntungan lainnya.



DAFTAR PUSTAKA
Asiah, A., M. Razi dkk. 2009. Physical and Chemical Properties of Coconut Coir and Oil Palm Empty Fruit Bunch and The Growth of Hybrid Heat Tolerant Caulifower Plant. Pertanika J. Trop. Agric. Sci. 27(2): 121-131.

Annisava, A. R. 2013. Optimalisasi Pertumbuhan dan Kandungan Vitamin C Kailan (Brassica alboglabra L.) Menggunakan Bokashi Serta Ekstrak Tanaman Terfermentasi. Jurnal Agroteknologi. 3 (2): 1-10.

Awang, Y., A.S. Shamarom., R.B. Mohamad. and A. Selamat. 2009. Chemical and Physical Characteristic of Cococpeat-Based Media Mixtures and Their Effects on the Growth and Development of Celosia Cristata. American Journal of Agricultural and Biological Sciences. 4 (1): 63-71.

Delya, B., A. Tusi, B. Lanya, dan I. Zulkarnain. 2014. Rancang Bangun Sistem Hidroponik Pasang Surut Otomatis untuk Budidaya Tanaman Cabai. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. (3). 3: 205-212.

Hasirani., D.K. Kalsim. dan A. Kusendro. 2013. Kajian Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat) Sebagai Media Tanam (Study Of Cocopeat As Planting Media). Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. 8 hlm.

Iskandar, Anggriany. 2016. Pengaruh Dosis Dan Macam Larutan Hara Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae) Dengan Sistem Hidroponik Ebb And Flow. Skripsi. Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Jember.

Mugundhan, R.M., M. Soundaria, V. Maheswari, P. Shantakumari, and V. Gopal. 2011. “Hydroponic”- A Novel Alternative for Geoponic Cultivation of Medicinal Plants and Food Crops. International Journal of Pharma and Bio-Sciences. 2(2) : 286-296.

Karsono, S. 2013. Exploring Classroom Hydoponics. Parung Farm. Bogor. 36 hlm.
Okefood. 2009. Mengenal Kailan, Brokoli Ala Cina. http://www.okefood.com/. Diakses 26 Maret 2016 Pukul 16.26 WIB.

Purbarani, D.A. 2011. Kajian Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi pada Budidaya Baby Kailan dengan Hidroponik Ebb and Flow. Skripsi. Jurusan Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Ramadhan, Handy dkk. 2015. Rancang Bangun Sistem Hidroponik Pasang Surut Untuk Tanaman Baby Kailan (Brassica oleraceae) Dengan Media Tanam Serbuk Serabut Kelapa. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 4, No. 4: 281-292

Samadi, B. 2013. Budidaya Intensif Kailan Secara Organik dan Anorganik. Pustaka Mina. Jakarta. 107 hlm.

Susila, A.D. 2013. Modul V Sistem Hidroponik. Departemen Agronomi dan Holtikultura. IPB. Bogor. 20 hlm.

Suwandi. 2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman dalam Pengembangan Inovasi Budidaya Sayuran Berkelanjutan. Pengembangan Inovasi Pertanian. (2) 2: 131-147.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya secara Hidroponik. Nuansa Aulia. Bandung.

Wijaya, K. 2010. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Hasil Perombakan Anaerob Limbah Makanan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.



























LAMPIRAN
Gambar 1. Kerangka Hidroponik Ebb and Flow
Gambar 2. Media Serbuk Serabut Kelapa (Cocopeat)
Gambar 3. Pembibitan Tanaman Kailan
Gambar 4. Persiapan Media Tanam
Gambar 5. Penimbangan Unsur Hara
Gambar 6. Pembuatan Larutan Nutrisi
Gambar 7. Pemberian Larutan Nutrisi
Gambar 8. Penyurutan Larutan Nutrisi
Gambar 9. Pengukuran Diameter Batang
Gambar 10. Pengukuran Klorofil Daun
Gambar 11. Pengukuran Tinggi Tanaman
Gambar 12. Penimbangan Berat Basah Tanaman Kailan
Gambar 13. Pengovenan Tanaman
Gambar 14. Penimbangan Berat Kering Tanaman
Gambar 15. Pengukuran PH dengan Kertas PH
Gambar 16. Kailan 45 HST

Tidak ada komentar: