Aspek Ekonomis
Mahkota dewa merupakan tanaman asli Indonesia. Di
habitat aslinya, Papua, tanaman ini bisa dijadikan tanaman hias. Sampai saat
ini banyak penyakit yang berhasil disembuhkan dengan mahkota dewa. Beberapa
penyakit berat (seperti sakit lever, kanker, sakit jantung, kencing manis, asam
urat, reumatik, sakit ginjal, tekanan darah tinggi, lemah syahwat dan ketagihan
narkoba) dan penyakit ringan (seperti eksim, jerawat dan luka gigitan serangga)
bisa disembuhkan dengan tanaman ini (Wulandari,2009).
Mahkota dewa telah digunakan sebagai tanaman obat
yang populer karena daun dan buahnya (tetapi bijinya mesti dipisahkan dulu
karena dapat menyebabkan alergi bila tertelan) telah terbukti secara klinis
sebagai antihistamin atau antialergi, dan secara empiris dianggap mampu
menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes,
asam urat, ginjal, dan beberapa penyakit kulit bahkan untuk terapi penderita
kanker. Selain itu, mahkota dewa juga memiliki banyak potensi untuk
dimanfaatkan sebagai zat pewarna alami (merah keunguan), pengawet makanan alami
karena memiliki kemampuan antioksidan dan antimikroba, suplemen makanan karena
kandungan antioksidan (flavonoids seperti kaempferol, myricetin, naringin, dan
rutin) yang tinggi, obat-obatan karena menunjukkan efek anti kanker, dan bahan
kosmetika karena kandungan antioksidan dan efek anti mikroba yang dimiliki (Hudaya
dkk, 2013).
Di masyarakat daging buah MD sering digunakan
sebagai obat alternatif atau obat tambahan untuk mengobati diabetes melitus
(DM) di samping obat hipoglikemik oral (OHO) dan insulin.(3) Insulin dan atau
OHO yang telah dipasarkan umumnya telah dibuktikan memiliki rasio efektifitas
dan keamanan yang baik, namun umumnya lebih mahal dari obat tradisional/obat herbal
(Meiyanti dkk,2006).
Permasalahan
Hasil survei Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan mengungkapkan bahwa buah mahkota dewa juga digunakan oleh pengobat
tradisional sebagai ramuan untuk mengobati diabetes. Makin meluasnya penggunaan
tanaman mahkota dewa oleh masyarakat untuk berbagai penyakit dari yang ringan
sampai yang berat, terutama penyakit degeneratif OM, tanpa dukungan pembuktian
ilmiah dan informasi seimbang akan menimbulkan masalah. Laporan kasus mulai
banyak dilakukan. Salah satu laporan kasus penggunaan mahkota dewa
mengungkapkan pasien diabetes yang hampir diamputasi kakinya karena membusuk, dengan meminum rebusan
buah mahkota dewa dan menempelkan ampas rebusan pada kakinya yang nyaris
membusuk, secara berangsur penyakitnya sembuh. Tapi penggunaannya masih
coba-coba dan tidak standar. Takarannya untuk setiap jenis penyakit masih
bersifat coba-coba. Sampai saat ini belum diperoleh informasi adanya uji klinik
MD yang dilakukan pada manusia (Meiyanti dkk,2006).
Jangankan
orang awam, banyak ahli pengobatan tradisional pun masih ada yang meragukannya.
Alasannya, antara lain, penelitian ilmiah secara klinis mengenai kegunaan pohon
ini belum menghasilkan sebuah kesimpulan yang memuaskan. Akibatnya, tidaklah
mengejutkan jika di beberapa daerah pohonnya banyak ditebangi karena dianggap
hanya sebagai sarang ular. Buahnya pun dibuang begitu saja karena rasanya tidak
enak. Hal-hal seperti itu membuat ketersediaan mahkotadewa, yang memang sulit
didapat, semakin sulit dipenuhi. Padahal, dari waktu ke waktu, kebutuhan
pengobatan alternatif terhadap pohon ini semakin banyak (Harmanto, 2004).
Tapi,
meskipun banyak memiliki khasiat sebagai penyembuh penyakit, tanaman ini tidak
boleh dimakan sembarangan tanpa solusi dari orang yang mengerti dibidang ini,
seperti dokter. Karena tanaman ini dapat menjadi sangat beracun. Setiap bagian
dari tanaman mahkota dewa, batang, daun, buah, kulit, dan biji mengandung
racun. Biji merupakan bagian yang paling
beracun dan berbahaya. Racun dalam
tanaman ini dapat menyebabkan mulut bengkak, sariawan, mabuk, kejang, dan
bahkan sampai pingsan.
Mahkota
dewa memiliki efek samping yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah, mabuk.
Air daun mahkota dewa selain dapat menyebabkan kantuk juga dapat menyebabkan
mabuk. Efek mabuk dari daun masih dalam tahap taraf normal, namun jika efek
kantuk dan mabuk terus berlanjut dianjurkan untuk mengurangi dosis air daun. Buah
mahkota dewa jangan dikonsumsi pada saat haid karena akan memperhebat
pendarahan. Karena dengan khasiat melawan sel kanker, obat ini sekaligus
menggerus dinding rahim. Dosis pemakaian sangat berperan penting dalam
penggunaan obat herbal ini, salah dosis, akan berakibat fatal.
Wanita yang
hamil muda dilarang mengonsumsi mahkota dewa. Mahkota dewa dapat memacu kerja
otot rahim mempermudah atau mempercepat proses persalinan sehingga bahaya bagi
yang masih hamil muda. Selain bahaya yang diatas, mahkota dewa juga memiliki
rasa yang pahit. Namun semua hal ini tidak mengurangi keinginan orang-orang
untuk menanam tumbuhan ini di pekarangan rumah mereka (Chaterine,
2016).
Produksi
Membudidayakan mahkota dewa tidak sulit. Tanaman ini
dapat hidup dengan baik di daerah beriklim tropis dengan produksi buah yang
tidak mengenal musim. Hal ini menjadikan mahkota dewa sebagai penambah
pendapatan bagi pembudidayaan asalkan dilakukan secara intensif dan
profesional. Mahkota dewa dapat dikembangbiakkan secara vegetatif dan
generatif. Cara vegetatif dengan menggunakan stek atau cangkok, sedangkan
generatif dengan dengan biji. dan Cara pembiakan generatif atau penyemaian
dengan biji biasanya membutuhkan waktu yang lama, tetapi dapat dibiakkan dalam
jumlah yang banyak dengan pertumbuhan yang seragam serta memiliki perakaran
yang kuat agar tanaman tidak mudah roboh. Sedangkan cara pembiakan vegetatif
lebih cepat dengan sifat yang sama dengan induknya. Akan tetapi, pembiakan
vegetatif jarang dilakukan karena tingkat keberhasilannya rendah (Winarto,
2003). Dalam sekali panen, satu batang pohon dapat mencapai 2 – 3 kg buah
mahkota dewa.
Prospek
Komoditas tanaman ini masih sangat jarang di
budidayakan untuk itu merupakan peluang bisnis yang mempunyai prospek tinggi
dan jangka panjang karena kegunaan tanaman ini untuk di jadikan obat berbagai
macam penyakit.
Selain itu mahkota dewa juga memiliki nilai jual
yang menguntungkan saat diolah menjadi teh karena banyak diminati. Mahkota dewa
juga bisa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang sangat bagus prospeknya. Bijinya
mengandung saporin yang mampu mengendalikan hama salah satunya hama keong mas
pada tanaman padi (Wiratno, 2015)
Bahan bioaktif dan Aktivitas/
Mekanisme
Mahkota dewa (MD/Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)
merupakan salah satu tanaman obat yang dalam beberapa tahun belakangan ini
banyak menarik perhatian masyarakat Secara kualitatif, MD mengandung beberapa
zat aktif seperti: i) alkaloid, bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir
racun di dalam tubuh, ii) saponin yang bermanfaat sebagai anti bakteri dan
virus, mengurangi kadar gula darah, mengurangi penggumpalan darah, iii)
flavonoid berfungsi sebagai anti-oksidan, dan iv) polifenol yang berfungsi
sebagai antihistamin (Meiyanti dkk,2006).
Penelitian tentang uji aktivitas dan karakterisasi
senyawa aktif terus dikembangkan, terutama aktivitasnya sebagai antioksidan
yang merupakan senyawa polifenol, flavonoid, alkaloid, dan saponin. Salah satu
senyawa aktif yang ditemukan terdapat dalam ekstrak metanol daging buahnya yang
merupakan senyawa flavonoid (Rohyami, 2008). Berbagai penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan aktivitas biologi antikanker pada bagian buah tanaman
lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tanaman lain dari mahkota dewa
(Lisdawati, 2009).
Flavonoid termasuk senyawa fenolik
alam yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai
obat. Flavonoid merupakan sekelompok besar antioksidan bernama polifenol yang
terdiri atas antosianidin, biflavon, katekin, flavanon, flavon, dan flavanolol.
Kuersetin adalah salah satu zat aktif kelas flavonoid yang secara biologis amat
kuat dan merupakan senyawa kelompok flavonolol terbesar, 60–75% dari total
flavonoid. Bila vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan 1, maka kuersetin
memiliki antioksidan 4,7. Oleh karena itu, kuersetin dari flavonoid diduga
menjadi faktor penyebab radikal bebas menjadi netral sehingga dapat menurunkan
agen proinflamasi yang selanjutnya dapat mempengaruhi aktivitas NF-B(Waji
& Sugrani, 2009).
Metabolit sekunder tanaman mahkota dewa seperti
tanin, saponin, resin, senyawa fenolik dan polifenol, terpenoid, alkaloid, dan
flavonoid dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, anti inflammatory,
antimikroba dan memiliki aktivitas cytotoxic sehingga digunakan di bidang farmasi
sebagai obat-obatan ataupun suplemen diet seta dapat pula digunakan sebagai
agen pengawet alami pada pangan (Hendra, R., 2011; Sher, A., 2009; Asep, A.,
2010). Faried et al. (2007) mengisolasi asam galat buah mahkota dewa selektif
memerangi berbagai jenis sel kanker seperti human esophageal cancer (TE-2),
gastric cancer (MKN-28), colon cancer (HT-29), breast cancer (MCF-7), cervix
cancer (CaSki), dan malignant brain tumor (CGNH-89 and CGNH-PM) serta memiliki
efek cytotoxic. Antosianin, suatu flavonoid dari golongan polifenol, merupakan
pigmen alami dengan variasi warna merah, ungu, biru, sampai jingga juga diduga
terkandung di dalam buah mahkota dewa. Antosianin larut dalam air sehingga
memudahkan inkorporasi ke dalam bahan pangan. Aktivitas antioksidan antosianin
terlihat baik pada buah berantosianin maupun pada antosianin murni. Senyawa
antioksidan tersebut tersebar pada berbagai bagian tumbuhan seperti akar,
batang, kulit, ranting, daun, bunga, buah, dan biji. Antosianin merupakan
pigmen alami pangan yang cukup potensial pemanfaatannya karena sekaligus
memiliki efek antioksidan (Hudaya dkk, 2013).
Ekofisiologis
Mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) adalah jenis tanaman yang termasuk dalam famili Thymelaeaceae
dan umumnya dikenal sebagai mahkota dewa (Hendra dkk, 2011). Tanaman ini
berasal dari Pulau Papua, Indonesia, tumbuh di daerah tropis dan merupakan
salah satu tanaman obat yang paling populer di Indonesia (Parhizkar et al.,
2013). Mahkota dewa dikenal sebagai tanaman yang dapat mengobati banyak
penyakit berat. Secara fisik mahkota dewa ramping dan tinggi hingga mencapai 3
meter (Chaterine, 2016). Ia berbunga pada April–Agustus. Bunga berbentuk
terompet, putih, dan harum. Panjang dari pangkal tangkai hingga ujung 3–4 cm.
Buahnya bulat, hijau ketika muda dan merah marun saat tua. Terdiri dari kulit,
daging, cangkang, dan biji. Besar buah umumnya seukuran bola pingpong. Tebal
kulit 0,5–1 mm. Penampilan menarik membuat mahkota dewa banyak dipelihara
sebagai tanaman hias (Wijayakusuma, 2008).
Panen dan Pasca Panen
Tanah
dan bibit
Tanaman mahkota dewa dapat ditanam pada dataran rendah dan
maksimal ketinggian 1200 meter dari dasar laut. Tanah yang digunakan adalah
tanah dengan pupuk alami seperti pupuk kandang. Pupuk kimiawi tidak dianjurkan.
Lubang tanam digali sepanjang 30 cm meter dan dibiarkan terbuka selama
seminggu. Penanaman dapat menggunakan bibit maupun secara cangkok dari batang
pohon. Bibit didapatkan dari biiji buah itu sendiri, tapi penanaman secara
cangkok membuat lebih cepat berbuah.
Penanaman
dan perawatan
Penanaman mahkota dewa memiliki keuntungan yaitu tida
bergantung kepada musim, sehingga dapat ditanam kapanpun. Setelah ditanam, hal
yang harus dilakukan adalah penyiraman, pemupukan, dan penyiangan. Penyiraman
dilakukan cukup sering karena penyerapan air mahkota dewa tinggi. Pemupukan
dengan pupuk organik. Penyiangan dilakukan untuk melawan gulma. Dan pestisida
untuk hama.
Panen
Warna merah terang dan bau manis seperti gula pasir
menandakan buah mahkota dewa telah siap petik. Bila dalam kurun waktu anda
tidak membutuhkan mahkota dewa, anda dapat menjualnya, karena mahkota dewa
merupakan tanaman herbal yang sangat dicari (Chaterina,2016).
Cara
Budidaya Mahkota Dewa
1.
Syarat Tumbuh
- Mengunakan tanah yang subur dan memilki kandungan organik yang tinggi
- keasaman tanah dengan Ph 5.5 – 7.2
- Harus memilki curah hujan antara 1000 – 2500 mm / tahun
- Suhu sekitar tanaman 20 – 33 c0
- Memiliki kelempabapan 70 – 90 %
- Memilki ketinggi tempat 0 – 1.600 dpl
2.
Pengelolahan Tanah
- Siapkan natural GLIO ( 10 kemasan /ha ) kemudian campur dengan pupuk kandang yang sudah layak kemudian disimpankan ke dalam karung terbuka antara selama 1-2 minggu sampai tercampur merata
- Kemudian cari lah karung yang sudah bekas dan belah hingga membentuk seperti pot pada umumnya
- Atau dengan cara pembelian pot atau poligabag yang besar untuk proses penanaman berlangsung
- Setelah itu masukan tanah yang sudah matang tadi kedalam poligbag atau pot yang sudah siap
- Dan biar kan selama 1-2 hari agar hasil pengemburan akan bagus
- Dan lubangi sesuai dengan biji gisnseng yang anda buat dan lakukan penanam
- Dalam satu pot harus di tanama dengan satu bibit ginseng
- Agar menghasilkan bibit yang bagus dan hasil yang bagus .
3.
Pemeliharaan Tanaman
a.
Penyiraman
penyiraman pada tanaman ini tidak dilakukam secara
berlebian antar 2- 3 dalam satu hari sesuai dengan usai pada tanaman
ginseng . Namun anda harus perhatikan penyiraman jangan sampai berlebihan .
b.
Penyulaman
Penyulam pada tanman ini dilakukan pada saat tanaman
mengalmi tidak pernah tumbuh atau juga mati ketika beberapa hari i tanaman .
penyulaman ini harus cepat di lakukan agar pemanenan serentak.
c.
Penyiangan
penyiangan ini sangt lah berguna dalam pembersiha
gulma dan hama penyait yang akan menyerang pada tanaman liar di sekeliling
tanaman mahkota dewa
d. Pemupukan
Pemupukan dalam ginseng ini bisa
dilakukan dengan cara pupuk serbuk ataupun cair hal ini dilakukan minimal 1-2
bulan sekali tergantung anda dalam penanagan pemupukan pada ginseng .
4.
Panen
Masa panen pada tanman mahkota dewa
ini sangat lah mudah dan juga tidak bisa di perkirakan tetapi anda bisa
menandainya dengan buahnya yang berwarna merah dan baunya manis hal ini
dilakukan denmgan car pemetikan dan pengeringan agar daya jula pada tanman mahkota
dewa ini semakin tinggi.
5.
Pasca Panen
Pengolahan
Jika berbicara mengenai tanaman obat
mahkota dewa, maka bagian yang paling banyak dimanfaatkan adalah buah. Buah mahkota
dewa memiliki betuk fisik bulat dengan warna hijau saat muda dan merah cerah
pada saat matang. Buah mahkota dewa terdiri dari kulit bah, daging buah,
cangkang biji buah dan biji buah. Dari bagian ini yang paling dihindari adalah
biji buah sebab cukup beracun.
Cara mengolah mahkota dewa pada
bagian buah cukup mudah. Biasanya daging buah yang segar dipotong menjadi
bagian yang lebih kecil kemudian dikeringkan. Setelah kering, daging buah
mahkota dewa tersebut direbus (untuk penyakit tertentu biasanya dicampur dengan
bahan obat lainnya) dan air hasil rebusan tersebutlah yang kemudian dikonsumsi.
Bagian buah mahkota dewa ini bisa digunakan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit antara lain diabetes, rematik, kangker payudara juga kangker rahim,
asam urat, hepatitis, disentri dan masih banyak lagi lainnya. Bagi Anda yang
menghendaki kepraktisan, saat ini telah banyak dikembangkan teh buah mahota
dewa yang terbuat dari kulit serta daging buah. Untuk mendapatkan khasiatnya,
Anda tinggal menyeduhnya dengan air panas.
Bagian Batang
Bagian lain dari tanaman mahkota
dewa yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan obat herbal adalah bagian batang.
Bentuk fisik batang ini bulat dengan permukaan kasar, warnanya coklat dan
berkayu, memiliki sistem percabangan simpodial. Bagian batang ini bergetah dan
dipercaya bisa menyembuhkan penyakit serius seperti kangker tulang. Cara
mengolah mahkota dewa bagian batang cukup sederhana. Batang terlebih dahulu
dikuliti dan dikeringkan kemudian direbus. Air rebusan tersebutlah yang
digunakan sebagai obat.
Bagian Daun
Selain bagian buah dan juga batang,
bagian lain dari tanaman mahkota dewa yang banyak digunakan sebagai bahan obat
adalah daun. Daun ini dikenal berkhasiat mengobati penyakit seperti eksim,
lemah syahwat, disentri, alergi, tumor dan masih banyak lainnya. Cara mengolah
mahkota dewa pada bagian daun cukup sederhana tergantung pada jenis penyakit
yang hendak Anda obati. Misalnya eksim, langkahnya cukup sederhana, cukup
lumatkan daun mahkota dewa kemudian balurkan pada kulit yang terkena eksim
sebanyak dua kali sehari. Sedangkan pada penyakit semisal lemah syahwat,
disentri, alergi dan tumor, cara mengolahnya dengan direbus dan diminum (Fredi
Kurniawan,2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar