TUGAS TERSTRUKTUR
BUDIDAYA
TANAMAN HIAS DAN OBAT
BUDIDAYA
TANAMAN PAKU TANDUK RUSA
Oleh
:
1.
Alfiatuh Amnah (A1L014190)
2.
Tomi Nuryan B. (A1L014191)
3.
Prisma Nurul I. (A1L014193)
4.
Alifia
Syahda (A1L014194)
5.
Hilman
March R. (A1L014195)
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan
paku adalah merupakan salah satu kelompok
tumbuhan yang tertua yang masih dapat di jumpai di daratan diduga
tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus tertua yang menghuni daratan bumi.
Tumbuhan berkormus adalah tumbuhan yang memiliki akar, batang, dan daun yang
sebenarnya.Artinya, batang akar dan daunnya sudah memiliki pembuluh angkut
xylem dan Floem. Alasan kami memilih materi
tentang tumbuhan paku, karena kami ingin memberi informasi kepada para
pembaca bahwa sebenarnya tumbuhan paku juga memberi manfaat kepada manusia.
Paku tanduk
rusa merupakan salah satu spesies dari classis filicinae, ordo superficiales
masuk dalam family Polypodiaceae (paku – pakuan sejati ) dan masuk dalam genus
Platycerium berdasarkan ciri ciri yang dimilikinya dengan nama ilmiah paku
tanduk rusa Platycerium bifurcatum. Platycerium bifurcatum dapat diperbanyak
secara generative maupun vegetative. Perbanyakan generative dilakukan dengan
menyemai sporanya yang telah masak. Cara ini merupakan cara yang paling efektif
dan ekonomis namun lama. Perbanyakan secara vegetative umum dilakukan dengan
membelah atau membagi rumpun tanaman induknya.Setiap anakan biasanya ditandai
dengan adanya kumpulan beberapa daun yang membentuk rumpun sendiri. Cara ini
justru yang paling efektif karena hasil belahan atau bagian tersebut akan lebih
cepat tumbuh disbanding hasil semaian spora. Di luar negeri seperti Amerika,
perbanyakan sudah dicoba dengan cara kultur in vitro dari bagian-bagian tanaman
seperti spora, tunas, ujung tanaman, serta fase gametofitnya. P. bifurcatum C.Chr. merupakan sumber
plasma nutfah di daerah lahan kering yang mempunyai nilai penting, namun belum
banyak mendapatkan perhatian dari segi pemanfaatan, budidaya, maupun
konservasinya. Hasil pengamatan di daerah Bogor dan sekitarnya menunjukkan
bahwa jenis ini sudah ditanam masyarakat dan bahkan sudah dijual di
nurseri-nurseri tanaman hias.
B. Tujuan
1. Mengenal
tanaman paku tanduk rusa sebagai tanaman hias.
2. Mengetahui
teknik budidaya tanaman paku tanduk rusa.
II.
PEMBAHASAN
2.1 Tumbuhan paku (Pteridophyta)
Tumbuhan
paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat rendah, karena
meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus, serta mempunyai sistem pembuluh
tetapi belum menghasilkan biji, dan alat perkembangbiakan yang lain. Alat
perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora.Jadi penempatan tumbuhan
paku ke dalam golongan tingkat rendah atau tinggi bisa berbeda-beda tergantung
sifat yang digunakan sebagai dasar.Jika didasarkan pada macam alat
perkembangbiakannya, maka sebagai tumbuhan berspora tergolong tumbuhan tingkat
rendah. Namun, jika didasarkan pada ada atau tidaknya sistem pembuluh, tumbuhan
paku dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena sudah mempunyai
berkas pembuluh (Tjitrosoepomo,1994).
Sebagai
tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju dari pada Bryophyta karena
sudah mempunyai berkas pembuluh. Sporofitnya hidup bebas dan berumur
panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan
heterospor (Tjitrosoepomo,1994). Sementara itu, ahli taksonomi yang lain
(Eichler,1883) juga membagi tumbuhan menjadi dua kelompok berdasarkan atas
letak alat-alat kelaminnya, yaitu:
- Cryptogamae: Tumbuhan
yang alat perkawinannya tersembunyi di dalam. Yang termasuk kelompok ini adalah
Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta dan Pteridophyta.Kelompok ini juga bisa
dianggap sebagai golongan tumbuhan tingkat rendah.
- Phanerogamae: Tumbuhan
yang alat perkawinannya terihat mencolok. Yang termasuk kelompok ini adalah
Spermatophyta yang juga dapat dianggap sebagai golongan tumbuhan tingkat
tinggi.
2.2 Deskripsi Tanaman Paku Platycerium
bifurcatum
a. Taksonomi dari Platycerium
bifurcatum :
Domain :
Eukarya
Kingdom :
Plantae
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh)
Divisi :
Pterydophyta
Classis :
Filicinae
Subclassis :
Leptosporangiatae
Ordo
: Superficiales
Famili
: Polypodiaceae
Genus :
Plathycerium
Spesies : Platycerium bifurcatum
b. Karakteristik /Ciri Morfologi Plathycerium
bifurcatum :
1. Epifit
sejati, dengan akar melekat di batang pohon lain atau bebatuan
2. Batang
berupa rimpang lunak namun sulit di potong
3. Ada 2 tipe
daun, yang pertama merupkan daun tropofil (daun yang digunakan untuk
asimilasi atau fotosintesis) dan tipe yang kedua daun menjuntai sebagai
sporofil (penghasil spora)
4. Spora
terdapat pada sporangia yang terlindung oleh sori yang tumbuh menggerombol di
sisi bawah daun dan berwarna coklat.
5. Daun –daun
yang fertil biasanya bergantung, bercaban- cabang menggarpu
6. Daun
memiliki percabangan dikotomi
7. Daun bulat
berbentuk ginjal atau bulat telur. (Smith,1972).
Platycerium
bifurcatum termasuk tanaman perennial epifit yang paling sederhana yang tumbuh
menempel pada pohon inang. Daunnya atas dua macam yaitu daun penyangga (steril)
dan dedaunan (fertil). Daun penyangga terletak di bagian pangkal daun fertil,
tumbuh saling menutupi dan persisten, menyerupai keranjang, bagian ujung
bercuping, berwarna hijau dan berubah kecoklatan bila tua dan tidak berspora. Daun
fertil luruh, tumbuh menggantung, umumnya bercabang menggarpu pada ujungnya
menyerupai tanduk rusa, berwarna hijau keputihan, berbulu bintang dan berspora.
Jenis daunnya ini tergolong daun tunggal yang bertoreh dalam, berdaging,
tepi rata, permukaan berbulu halus, panjang 40-100 cm, dan ujungnya
tumpul. Daun tambahan ada satu sarnpai tujuh, menggarpu, bentuk baji, coklat
hijau.
Batangnya
tidak jelas, ada yang mengatakan tidak berbatang, karena daun langsung tumbuh
dari akar tanpa perantara. Akarnya berbulu dan berwarna coklat kekuningan dan
biasanya langsung mengakar pada batang tanaman yang ditumbuhinya. Akar ini
berupa akar serabut. Spongarium, terdapat pada ujung, tertutup rambut,
berbentuk bintang, bercabang dua sampai empat, panjang 10-12 cm, lebar 2-3 cm,
berwarna hijau muda dan hijau kebiruan (Shalihah, 2010).
2.3 Botani Ekonomi Tanaman
Paku Platycerium bifurcatum
Platycerium bifurcatum ini dapat
dijadikan sebagai tanaman hias dan sebagai tanaman obat.Beberapa penyakit yang
dapat diobati dengan menggunkan helaian-helaian daun tumbuhan ini adalah demam,
radang rahim luar, haid tidak teratur, bisul dan abses. Tumbuhan ini sering
diusahakan sebagai tanaman hias. Orang Belanda menyebutnya hertshoornvaren. Umumnya
masyarakat memperbanyak tumbuhan ini dengan memisahkan atau membagi tanaman
tersebut menjadi dua atau lebih yang kemudian ditempelkan pada pohon. Digunakan
sebagai obat panas dalam, bengkak pada bagian dalam (Heyne,1987).
Bifurcatum Platycerium (Cav.) C. Chr. adalah tanaman hias umum spesies pakisdi
Taiwan. Ini tersedia secara komersial di pasar lokal
dan telah menjadi populerterdapat banyak ditanam di kawasan peternakan dan taman
rekreasi yang merancang suasana tropis di daerah tersebut untuk
menarik wisatawan (Camloh, 1993; 1999).
2.4 Penyebaran
Dan Budidaya Tanaman Paku Platycerium bifurcatum
a. Penyebaran Platycerium bifurcatum
Paku ini
mempunyai sinonim Platycerium wililinckii T.Moore, Platycerium
hilliiT. Moore dan P. veitchii (Hoshizaki dan Moran 2001). Platycerium
bifurcatum termasuk suku polypodiaceae jenis ini merupakan salah satu
dari 8 jenis Platycerium ( P. bifurcatum, P.
coronarium, P. grande, P. sumbawense, P. wandae, P. ridleyi, P.
willickii, dan P.superbum) (Hartini 2004). Penyebarannya Australia, New
Guinea, New Kaledonia, Indonesia dan Pulau Lord Hawe. Nama Indonesia –Sunda.:
Paku uncal, Kalimantan barat : Simbar agung, Jawa dan Bali: Simbar tanduk
manjangan. Dapat tumbuh dengan baik pada tempat terbuka, epifit pada pohon yang
besar dari dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Daun berjumbai panjang
sampai 1 m menyerupai tanduk uncal. Pada permukaan bagian bawah berbulu tipis, bulu
tersebut menyerupai bintang. Spora terdapat pada kantong-kantong spora di ujung
daun bagian bawah yang menutup seluruh permukaan (Sastrapradja, dkk 1979).
b. Budidaya Platycerium
bifurcatum
Platycerium
bifurcatum dapat diperbanyak secara generative maupun vegetative. Perbanyakan
generative dilakukan dengan menyemai sporanya yang telah masak. Cara ini
merupakan cara yang paling efektif dan ekonomis namun lama (Jones, 1987).
Perbanyakan secara vegetative umum dilakukan dengan membelah atau membagi
rumpun tanaman induknya. Setiap anakan biasanya ditandai dengan adanya kumpulan
beberapa daun yang membentuk rumpun sendiri. Cara ini menurut Hartini (2001)
justru yang paling efektif karena hasil belahan atau bagian tersebut akan lebih
cepat tumbuh disbanding hasil semaian spora. dan tanaman tanduk rusa ini menyukai
tempat yang tidak langsung memperoleh sinar matahari.
Di luar
negeri seperti Amerika, perbanyakan sudah dicoba dengan cara kultur in vitro
dari bagian-bagian tanaman seperti spora, tunas, ujung tanaman, serta fase
gametofitnya. Pengembangbiakannya dilakukan dengan spora atau dengan
memindahkan akar rimpangnya. Spesies ini dapat
diperbanyak seksual melalui spora (Camloh, 1993; 1999) dan aseksual melalui
pengembangan dari tonjolan akar (Richards,1983).Menurut (Thentz dan Moncousin, 1984) propagasi dari sporaumumnya memakan
waktu prosedur yang lama. Ex vitro budidaya spora rentan
terhadap serangan oleh agen phytopathological (Lane, 1981).berbagai metode
untuk in vitroperbanyakan vegetatif beberapa spesies pada
genus plathycerium telah banyak dilakukan dan lebih berhasil, termasuk salah
satunya meregenerasi sporofit langsung dari ujung akar (Hennen dan Sheehan, 1978),
2.4 Bagian-Bagian
Tanaman Dari Platycerium bifurcatum Yang Biasa
Digunakan Sebagai Tanaman Hias
Tanaman Tanduk
Rusa termasuk jenis paku-pakuan.Tumbuhan ini banyak ditemukan dan
dipelihara sebagai tanaman hias karena pesona juntaian daunnya yang indah.
Tanduk rusa merupakan tanaman yang hidupnya menempel kuat pada benda atau pohon
lain tetapi tidak merugikan tumbuhan yang menjadi inangnya biasa disebut
tanaman epifit.
Tanduk rusa
atau juga di sebagian daerah disebut simbar menjangan selain permukaan daunnya
mirip kulit rusa yaitu kasar, daun tanduk rusa menjuntai ke bawah
bercabang-cabang menyerupai tanduk binatang rusa yang terbalik. Pada
dasarnya tanduk rusa merupakan tumbuhan tegak yang menempel pada inang dengan
pokok penumpu berupa akar dan rimpang batang membentuk bungkah kool berwarna
coklat dan jutaian helaian daun berwarna hijau.
2.5 Pemasaran Dan Produk Yang Sudah
Dipasarkan
Beberapa contoh Platycerium
bifurcatum yang biasa dijual ditempat penjualan tanaman
hias :
2.6 Ide Pengembangan Di Indonesia
Tanaman Platycerium
bifurcatum dapat lebih banyak di budidaya baik secara in vitro maupun
ex vitro untuk di jual sebagai paku tanaman hias dan dapat dijadikan sumber
komoditi ekspor tanaman hias dari negara Indonesia ke luar negeri.
III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Paku tanduk rusa atau simbar menjangan adalah
sekelompok (sekitar 18 jenis) tumbuhan paku epifit yang semuanya tergabung
dalam marga Platycerium'. Tumbuhan ini memiliki penampilan yang khas karena
memiliki dua tipe ental dengan fungsi dan bentuk yang jelas berbeda, dengan
salah satu tipe entalnya bercabang-cabang berbentuk seperti tanduk rusa.
2.
Budidaya paku tanduk rusa atau Platycerium bifurcatum dapat dilakukan secara generative maupun
vegetative. Perbanyakan generative dilakukan dengan menyemai sporanya yang
telah masak, sedangkan perbanyakan secara vegetative umum dilakukan dengan
membelah atau membagi rumpun tanaman induknya
DAFTAR PUSTAKA.
Camloh, M.
1993. Spore germination and early gametophyte development of Platycerium
bifurcatum. Am. Fern J. 83: 79- 85.
Camloh, M.
1999. Spore age and sterilization affects germination and early
gametophyte development of Platycerium bifurcatum. Am. Fern
J. 89: 124-132.
Eichler,1883. Syllabus
der Vorlesungen über Phanerogamenkunde (1883) 3rd Edition, (Register
of the lectures about Phanerogamae). Berlin
Hennen, G.R.
and T.J. Sheehan. 1978. In vitro propagation of Platycerium
stemaria(Beauvois) Desv. HortSci. 13: 245.
Heyne,
K.,1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Jones, D. L.
1987. Encyclopaedia of Ferns, An Introduction to Ferns, Their
Structure, Bilogy, Economic, Importance, Cultivation and Propagation, A Lothian
Book
Lane, B.C.
1981. A procedure for propagation ferns from spores using a
nutrient-agar solution. Comb. Proc. Int. Plant Prop. Soc. 30: 94-97.
Richards,
J.H., J.Z. Beck, and A.M. Hirsch. 1983. Structural investigation of asexual
reproduction in Nephrolepis exaltata and Platycerium
bifurcatum. Am. J. Bot. 70:993-1001.
Sastrapraja,
S., Afriastin, J.J., Darnaedi D. dan Wijaya E.A, 1979. Jenis Paku
Indonesia, Lembaga Biologi Nasioanal,- LIPI
Sri Hartini. 2001. Platycerium
bifurcatum (Cav.)C.Chr. Sumber Plasma Nutfah di Daerah Lahan Kering,
PROSIDING Seminar Nasional Konservasi dan Pendayagunaan Keanekaragaman Tumbuhan
Lahan Kering, hal. 76-81.
Smith, B.N.
1972. Natural abundance of the stable isotopes of carbon in biological
systems. Bioscience, 22: 226-231.
Thentz, M.
and C. Moncousin. 1984. Micropropagation in vitro de Platycerium
bifurcatum (Cav.) C. Chr. Rev. Horticole. Suisse. 57: 293-297.
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2003. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar