Hama
dan Penyakit Pada Tanaman Selada
Hama dan penyakit memang
tidak bisa dihindari karena sering menyerang tumbuhan dan dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan bahkan
sampai hasilnya. Karena itu para petani harus mengenali penyebab gagal panen
tersebut. Seperti petani tanaman selada yang merupakan salah satu sayuran musiman.
Dengan mengetahui hama dan penyakit tersebut para petani bisa membuat keputusan
dalam pengendalian apa yang harus mereka tidaklanjuti demi menyelamatkan
tanaman salada tersebut. Sebaiknya dalam pemeliharaan tanaman selada ini
dilakukan mulai dari ketika awal penanaman sampai pasca panen. Hal ini dilakukan
karena kekhawatiran hama dan penyakit masih menyerang tanaman selada walaupun
sudah dalam kondisi panen.
Berikut ini beberapa
hama maupun penyakit yang menyerang pada tanaman selada menurut Hisam (2016) :
a. Hama
pada Tanaman Selada
1.
Jangel ( Bradybaena similaris ferussac )
Hama ini berbentuk
seperti siput yang berukuran sekitar 2 cm ini bersembunyi pada pangkal daun
bagian dalam dan menyerang daun pada berbagai umur.
2.
Tangek ( Parmalion pupilaris humb )
Hama ini memiliki bentuk
mirip dengan jangle Gejala serangannya membuat daun menjadi berlubang-lubang. Umumnya
hama ini menyerang tanaman selada ketika musim kemarau tiba dibandingkan musim
hujan.
3.
Kutu Daun
Jenis hama yang paling
banyak menyerang tanaman selada adalah kutu daun (Fauzi, 2016). Pengendalian
hama penting yang menyerang tanaman selada antara lain kutu daun (Myzus persicae). Gejala serangan yang ditimbulkan oleh salah
satu pengganggu ini seperti daun menjadi mengerut, lalu mengering akibat kurang
cairan. Bahayanya apabila tanaman yang masih berusia muda di serang maka akan
mengganggu pertumbuhannya, tumbuh kerdil atau tidak sempurna. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
tergantung pada hama dan penyakit yang menyerang. Apabila diperlukan pestisida,
gunakan pestisida yang aman sesuai kebutuhan dengan memperhatikan ketepatan
pemilihan jenis, dosis, volume semprot waktu, interval aplikasi dan cara
aplikasi. Untuk mengendalikan pada hama ini ialah dengan menggunakan
insektisida Diazinon, Orthene 75 Sp atau Bayrusil tetapi sesuai dengan dosis
yang tertera (Harahap, 2015)
4.
Thrips
Hama ini yang merupakan
meresahkan bagi para petani karena dapat menyebabkan daun pada selada menjadi
kuning lalu kering dan ujungnya tanaman selada pun akan mati. Dan apabila
tanaman selada sudah terserang hama ini maka dapat dikendalikan dengan Bayrusil,
Tamarot 200 EC atau Tokunthion 500 EC dengan dosis 2ml / Liter air.
5.
Ulat Grayak
Ulat grayak memakan
daun tanaman hingga daun berlobanglobang kemudian robek-robek atau terpotong-potong
(Cahyono, 2006). Pengurangan penggunaan pestisida di areal pertanian menuntut
tersedianya cara pengendalian lain yang aman
dan ramah lingkungan, di antaranya dengan
memanfaatkan musuh alami dan penggunaan pestisida nabati. (Sukrasno, 2003).
Salah satu tumbuhan penghasil pestisida alami adalah tanaman nimba. Pestisida
asal Nimba mempunyai tingkat efektivitas yang tinggi dan berdampak spesifik terhadap
organisme pengganggu.
Bahan aktif nimba juga tidak berbahaya
bagi manusia dan hewan. Tanaman nimba sangat potensial sebagai pestisida
biologi dalam program Pengendalian Hama Terpadu (PHT), untuk mengurangi dan meminimalkan
penggunaan pestisida
sintetis (Rahmat dan Yuyun, 2006)
(Samsudin, 2008).
b. Penyakit
pada Tanaman Selada
1. Busuk
Lunak ( Soft Rot )
Bakteri Erwinia carotovora merupakan penyebab
terjadinya penyakit busuk lunak pada tanaman selada. Gejala di mulai dari tepi
daun, lalu warna daun menjadi berubah menjadi cokelat dan akhirnya layu. Selain
menyerang tanaman yang masih ditanam, ternyata bakteri ini juga dapat menyerang
tanaman yang sudah siap untuk di kirim ke pasar.
2. Busuk
Batang
Tanaman selada terserang
ditandai dengan batang menjadi lunak dan mengandung lendir yang diakibatkan
oleh Cendawan Rhizoctonia solani. Lalu
akan menjadi busuk akar apabila cendawan ini menyerang tanaman dalam
persemaian, terutama jika ketika lahannya dalam kondisi lembab. Pencegahan
dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lahan dan mengurangi kelembabannya (Nazaruddin,2003).
Jika kondisi ini sudah parah maka dapat menggunakan fungisida dengan cara
disemprotkan, dengan menggunakan maneb atau dithane M 45 dan dosisnya sekitar 2
g/liter.
3. Busuk
Pangkal Daun
Busuk pangakal daun ini
disebabkan Felicularia filamentosa,
yang menyerang pangkal daun ketika musim panen tiba. Pengendaliannya dapat
dilakukan dengan menggunakan penyemprotan pestisida alami atau kimia. Jika
menggunakan pestisida kimia maka harus memperhatikan lingkungan kebun, dan
menjaga kebersihannya seperti menjaga irigasinya maupun dengan melakukan rotasi
tanaman demi memutus perkembangbiakan Felicularia
filamentosa tersebut.
4. Busuk
Hitam (Bottom Rot)
Menurut Pracaya (2002),
menyebut penyakit busuk rhizoctonia sebagai busuk hitam mumi. Menurutnya penyakit
yang menyerang di persemaian akan menyebabkan semai roboh (damping off). Tanaman dewasa yang terserang akan terlihat adanya
bercak sedikit cekung dan berwarna karat pada tangkai dan tulang daun. Adapun
pada daunnya ada busuk coklat berlendir. Serangan yang hebat dapat menyebabkan
tanaman mati, berwarna hitam, dan mengering sehingga seperti mummi. Penyakit
ini akan berkembang dengan cepat bila kelembapan tinggi dan suhu udara panas. Busuk
rhizoctonia, yang sering sering disebut sebagai bottom rot, sering terdapat di
daerah tropika. Selain di Indonesia penyakit dilaporkan terdapat di Malaysia,
Thailand, dan Filiphina, terutama pada selada yang daunnya membentuk “kepala”
(Giatgong, 1980; Knott dan Deanon, 1967; Sing, 1980 dalam semangun,1991). Pada
waktu pagi miselium jamur yang beada di permukaan tanah tampak seperti rumah
laba-laba yang mempunyai banyak tetes embun yang bergantungan. Daur penyakit R.
solani berkembang dalam tanah jika di sini terdapat banyak bahan organic,
dan populasinya akan makin tinggi jika dari tahun ketahun lahan itu ditanam
tanaman yang rentan. Jamur menular ke daun jika daun bersinggungan dengan tanah
yang terinfestasi , atau jika daun terpercik air hujan yang membawa tanah
berjamur.
Diusahakan agar
pertanaman tidak mempunyai kelembapan yang terlalu tinggi. Tetapi dalam musim
hujan anjuran ini sukar dilaksanakan, mengadakan pergiliran tanaman (rotasi).
Tidak menanam selada terus-menerusdi lahan yang sama, di Filipina selada yang
masih kecil disiram dengan Terrachlor (pentachloronitrobenzene, PCNB) yang
dilakukan 2 kali dengan selang waktu 10-20 hari (Knott dan Deanon,1967 dalam
semangun 1991)
DAFTAR
PUSTAKA
Cahyono, B. 2006. Teknik Budi Daya Dan Analisis Usaha Tani
Selada. Aneka Ilmu. Semarang
Fauzi,
Liza. 2016. Tanam Selada di Pekarangan. http://bp4k.blitarkab.go.id/wpcontent/uploads/2016/09/. Diakses
Pada tanggal 4 Desember 2016 Pukul 21.37 WIB
Harahap,
Desi Mania. 2015. Pola Tanam Sequential Planting Tanaman Selada (Lactuca Sativa
L.) dan Brokoli (Brassica olerecea
Cv. Brocolli) Untuk Meningkatkan Keuntungan di P4S Makin Makmur. Laporan Tugas Akhir. Program Studi
Agribisnis Pertanian. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati.
Hisam.
2016. Hama Dan Penyakit Menyerang Tanaman Selada dan Cara Pengendaliannya. http://www.ruangtani.com/hama-dan-penyakit-tanaman-selada/. Diakses pada tanggal 4 Desember 2016 Pukul
21.20 WIB
Nazaruddin.
2003. Budidaya dan Pengaturan Sayuran
Panen Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta
Pracaya. 2002. Bertanam
Sayuran Organik. Penebar Swadaya. Jakarta
Samsudin,
2008. Virus Patogen Serangga: Bio – Insektisida Ramah Lingkungan, http://www.pertaniansehat.or.id. Diakses Pada 4
Desember 2016 Pukul 21.49 WIB
Semangun,
Haryono. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman
Hortikultura Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Sukrasno, 2003. Mimba
Tanaman Obat Multi Fungsi. Agromedia Pustaka. Jakarta
2 komentar:
terimakasih banget mbak sangat membantu :)
Sama-sama😊
Posting Komentar